Minyak Anjlok Lebih dari 15% pada April, Penurunan Bulanan Terdalam Sejak 2021
NEW YORK, investortrust.id — Harga minyak mentah global mengalami tekanan tajam pada akhir April, dengan Brent dan WTI masing-masing terperosok lebih dari 15% dan 18% selama sebulan, penurunan bulanan terbesar sejak November 2021. Arah kebijakan Arab Saudi yang mengisyaratkan peningkatan produksi disambut sinyal pelemahan permintaan global, memperburuk sentimen pasar energi.
Baca Juga
Potensi Pasokan Meningkat, Harga Minyak Anjlok Lebih dari 2%
Harga Brent ditutup di $63,12 per barel, melemah 1,76% pada Rabu (30/4), sementara WTI turun lebih dalam sebesar 3,66% ke $58,22, meski sempat tertahan oleh penurunan stok minyak mentah AS pekan lalu.
Arab Saudi, pemain utama dalam OPEC+, tampaknya memilih mempertahankan pangsa pasar dibanding mempertahankan harga. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa pertempuran volume produksi antar negara anggota bisa kembali terulang.
“Jika OPEC+ melanjutkan peningkatan pasokan di tengah permintaan yang melemah, dan ditambah potensi kembalinya minyak Iran ke pasar, ini akan menambah tekanan signifikan terhadap harga,” ujar analis PVM dalam catatan risetnya, seperti dikutip CNBC.
Perang dagang AS-China kembali menyala setelah Presiden Trump mengumumkan tarif menyeluruh atas impor AS, disambut balasan oleh Beijing. Kedua negara adalah konsumen minyak terbesar di dunia, dan ketegangan ini memicu kekhawatiran resesi global yang bisa memangkas proyeksi konsumsi energi.
Data PDB AS kuartal I-2025 yang kontraktif memperkuat kecemasan tersebut, aktivitas impor melonjak akibat antisipasi tarif baru. Kepercayaan konsumen AS juga jatuh ke level terendah lima tahun, menambah tekanan pada pasar komoditas.
Baca Juga
Ekonomi AS Kuartal I-2025 Susut 0,3%, Ketidakpastian Tarif Trump Bayangi Aktivitas Bisnis
Meski begitu, laporan Energy Information Administration (EIA) menunjukkan penurunan persediaan minyak AS sebesar 2,7 juta barel, jauh di bawah ekspektasi, berkat tingginya ekspor dan permintaan kilang. Hal ini sedikit membatasi pelemahan harga.
OPEC+ dijadwalkan menggelar pertemuan 5 Mei untuk menentukan arah produksi ke depan. Pasar akan menyoroti apakah aliansi produsen ini akan mengutamakan stabilitas harga atau ekspansi volume.

