Dari Mutiara hingga Kopi, Kisah UMKM NTB Bangkit Bersama BTPN Syariah
MATARAM, investortrust.id – PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) terus menggenjot upaya pemberdayaan UMKM perempuan melalui berbagai program, termasuk pendampingan, pelatihan, dan pembiayaan. BTPN Syariah berfokus pada UMKM yang dikelola perempuan, terutama di daerah pedesaan, dengan tujuan meningkatkan akses ke layanan perbankan dan pengembangan usaha.
Salah satunya melalui Festival Si Tepat yang digelar di Taman Budaya Provinsi NTB, baru-baru ini. Di mana beberapa UMKM perempuan binaan BTPN Syariah diberikan kesempatan untuk membuka booth disana.
Sukarni, pelaku usaha kerajinan mutiara Lombok seperti kalung, gelang, cincin, hingga bros indah yang kini dijual di tiga tokonya, yakni di Pasar Seni Senggigi, Jalan Raya Senggigi, dan Gili Air.
Perjalanan ini dimulai sejak awal 1990-an, saat Sadri, sang suami, berjualan keliling di beberapa pantai Lombok dengan modal awal hanya 100 euro, itupun pemberian dari seorang wisatawan asing. Namun usaha ini mulai berkembang pesat setelah Sukarni ikut terlibat aktif sejak tahun 2012. Bersama, mereka membangun bisnis keluarga dari nol, mulai dari merangkai produk hingga menjajakan langsung ke pelanggan.
“Awalnya suami saya keliling jualan di pantai. Sekarang kami sudah punya tiga toko dan semuanya kami urus sendiri dengan bantuan anak dan adik,” ujar perempuan kelahiran 31 Desember 1974 tersebut.
Baca Juga
OJK Dukung Upaya BTPN Syariah Perkuat Pemberdayaan Perempuan di NTB
Aksesoris yang dijual berasal dari mutiara air tawar dan air laut. Mutiara air tawar lebih terjangkau dan cepat panennya, sementara mutiara air laut terkenal lebih eksklusif karena proses budidayanya yang lebih lama dan kualitasnya yang tinggi.
Titik balik penting dalam usaha Sukarni terjadi sekitar lima tahun lalu, ketika ia bergabung dalam program pemberdayaan dari BTPN Syariah. Dari sinilah ia memperoleh pembiayaan awal sebesar Rp 3 juta, yang digunakan untuk menambah stok dan memperluas produksi. Dalam beberapa tahun, ia telah menerima pembiayaan hingga Rp 10 juta, yang digunakan untuk membeli mutiara air laut karena modalnya lebih tinggi.
“Bagus sekali, saya dapat pembiayan dari BTPN Syariah dan prosesnya mudah. Setelah dibantu BTPN Syariah, saya bisa tambah stok mutiara air laut. Keuntungannya jadi lebih besar,” kata Sukarni.
Adapun saat ini, omzet dari tiga tokonya bisa mencapai puluhan juta per bulan, terutama saat ramai kunjungan wisatawan. Mutiara Lombok, menurutnya selalu menjadi incaran para turis, baik asing maupun lokal. Untuk turis lokal lebih menyukai gelang dan bros, sedangkan asing lebih menyukai mutiara yang bulat.
Ekspor Kopi
Senada, Maryati pemilik Asyraf Coffee juga merasakan dampak pembiayaan dari BTPN Syariah. Bahkan merek kopi lokal tersebut kini sudah menembus supermarket, toko oleh-oleh, bahkan ekspor ke TKI yang ada di Taiwan, Singapura, dan Malaysia.
“Saya kan dulu pemudik, tiap mudik ke Jawa, saya kan dulunya mutiara. Terus pas pulang mudik, saya bawa kaos Lombok dan kopi. Tapi kopi dari Lombok malah lebih. Dari situ saya mulai berpikir, sepertinya potensinya banyak di kopi deh,” katanya.
Tahun 2013, Maryati mulai merintis usaha kopinya. Ia membeli biji kopi sesuai pesanan, lalu mengolahnya secara manual. Bermodalkan sekitar Rp 2,5 juta, ia memulai semuanya sendiri. Tahun 2015, ia menetapkan nama Asyraf Coffee sebagai merek dagangnya. Sedikit demi sedikit, usahanya tumbuh. Dari hanya menyetok 10 kilo kopi, kini ia mampu memproses hingga 500 kilo saat musim panen.
“Dengan menjadi binaan BTPN kita mulai maju-maju, stok kopi juga mulai banyak,” ucap perempuan kelahiran 12 Maret 1984 tersebut.
Namun tantangan terbesar datang saat pesanan mulai membesar. Tanpa modal yang cukup, sulit baginya menyediakan stok dalam jumlah besar atau memenuhi standar legalitas produk seperti sertifikasi halal dan izin BPOM. Di sinilah kehadiran BTPN Syariah menurutnya membawa perubahan besar.
“Sejak jadi nasabah BTPN Syariah lima tahun lalu, saya bisa mulai menyetok. Saya dibantu pembiayaan secara bertahap, dari Rp 3 juta, lalu meningkat ke Rp 10 juta, hingga Rp 15 juta. Buat beli kopi dan kemasan,” pungkasnya.
Lebih dari sekadar pembiayaan, BTPN Syariah juga mendorong literasi keuangan dan pendampingan usaha. Maryati dibantu mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikasi halal, serta izin edar BPOM. Ia juga aktif mengikuti pelatihan dari dinas terkait, yang membuka wawasannya soal manajemen usaha dan pemasaran.
Kini, Asyraf Coffee memasarkan berbagai jenis kopi lokal seperti robusta, arabika, hingga kopi jantan yang langka dengan harga mulai dari Rp 25.000 per 100 gram. Omzet kotornya berkisar Rp 20 –30 juta per bulan. “Bagi saya yang penting usaha ini cukup, terus jalan, dan bisa bermanfaat buat orang lain,” ungkap Maryati.
Baca Juga
Festival Si Tepat BTPN Syariah Ajang Selebrasi Pemberdayaan Masyarakat Inklusi
Festival Si Tepat
Direktur BTPN Syariah Dwiyono Bayu Winantio menuturkan, Festival Si Tepat ini bukan hanya sekadar ajang kumpul, namun panggung untuk memperkenalkan para nasabah yang merupakan perempuan-perempuan tangguh yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan dan tumbuh bersama BTPN Syariah.
“Pemberdayaan (UMKM, red) hal yang menjadi penting buat kita. Ini harus kita perkenalkan sama dunia luar. Karena ibu-ibu ini kan adanya di akar rumput, di grass root. Kalau kita tidak coba tampilkan, mereka kurang bisa punya pasar yang baik," ucap Dwiyono.
Foto: Investortrust/Lona Olavia
Dwiyono mengatakan, BTPN Syariah melihat perempuan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan ekonomi. Oleh karena itu, perempuan perlu mendapatkan akses keuangan hingga pengetahuan yang optimal karena memberikan efek jangka panjang.
"Kami percaya perempuan berdaya, keluarga akan ikut berdaya, para perempuan tangguh akan melahirkan generasi yang baik dan berkualitas, yang akan ikut memengaruhi perekonomian dalam jangka panjang," ungkapnya.
Lebih lanjut, BTPN Syariah mencatat bahwa 92% nasabahnya di wilayah NTB merupakan pelaku usaha produktif yang mengalami peningkatan usaha secara berkelanjutan.
Sebagai informasi, BTPN Syariah telah melayani masyarakat inklusi di Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak 2013. Hingga kuartal I 2025, perseroan telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 328 miliar kepada lebih dari 90 ribu nasabah.

