Bantah Lapangan Kerja Minim, Bahlil: Jangan Kufur Nikmat!
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia tidak setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa lapangan pekerjaan di Indonesia hanya sedikit. Dia pun memaparkan peluang lapangan kerja yang menanti di masa depan.
Bahlil menerangkan, untuk sektor energi diproyeksikan akan menciptakan 6,2 juta lapangan pekerjaan hingga 2030. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja tersebut berasal dari sektor ketenagalistrikan, mineral dan batu bara (minerba), dan sektor industri ekosistem kendaraan listrik.
Baca Juga
“Ini kita membutuhkan lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar 6,2 juta sampai 2030. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa lapangan pekerjaan tidak ada, saya pikir harus kita menjadi introspeksi kolektif begitu ya, dan jangan kufur nikmat begitu,” kata Bahlil dalam acara Human Capital Summit 2025 di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Dia menegaskan, tugas pemerintah adalah menyiapkan peta jalan (roadmap) berbagai program yang akan didorong, termasuk jumlah kebutuhan tenaga kerja. Namun, menurutnya, pihak kampus harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan adaptif.
“Kami hanya menyiapkan roadmap-nya. Namun, kampus segera menyesuaikan. Jangan kampus melahirkan output lulusan yang tidak adaptif dengan tuntutan lapangan pekerjaan. Nanti orang Papua bilang, tulis lain, baca lain, bikin lain,” ucap dia.
Baca Juga
Tragedi Tambang Cirebon! Izin Dicabut, Bahlil Turun Tangan Evaluasi Total
Berdasarkan data Kementerian ESDM, terdapat 3.764 jenis pekerjaan di sektor ESDM. Dari jumlah tersebut, yang sudah teridentifikasi sebanyak 3.277 jenis pekerjaan. Maka dari itu, Bahlil berharap agar generasi muda menekuni berbagai bidang yang memiliki potensi besar di masa depan, termasuk salah satunya sektor energi.
“Yang belum teridentifikasi itu sekitar 487 jenis pekerjaan. Jadi, anak-anak muda di Republik ini yang ingin mencari lapangan pekerjaan ambil kuliahnya atau spek-nya di sini. Jangan ambil di bidang sosial terus. Sekarang sudah berubah ini. Kalau dahulu cukup kita jadi aktivis bisa pidato, bisa olah-olah dapat pekerjaan. Kalau sekarang enggak bisa,” sebut Bahlil.

