Bahlil Curiga Ada Konspirasi di Balik Penurunan Lifting Minyak Nasional
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mencurigai adanya konspirasi di balik penurunan lifting minyak nasional. Sebab, saat ini lifting minyak turun jauh jika dibandingkan dengan tahun 1997.
Bahlil memaparkan, pada 1997 lifting minyak mencapai 1.520.000 barrel oil per day (BOPD). Namun, setelah mengalami krisis moneter 1998, lifting minyak terus mengalami penurunan. Terakhir pada tahun 2024 lifting minyak hanya mencapai 580.000 BOPD.
“Pertanyaan berikut adalah, apa dengan penurunan lifting itu, apakah memang kita sudah tidak punya sumber daya alam? Atau masih ada?
Atau ini sengaja diturunkan, agar impor terus? Menurut saya, ini ada unsur kesengajaan, by design,” kata Bahlil dalam Energi Mineral Forum, Senin (26/5/2025).
Bahlil menjelaskan, tudingannya tersebut bukanlah tanpa alasan. Karena berdasarkan ilmu yang didapatnya di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), setiap ada suatu permasalahan, pasti terdapat peluang untuk dimanfaatkan.
“Saya pelajari, apa benar kita ini tidak bisa lagi meningkatkan lifting kita? Ternyata kita punya sumur, itu hampir 40.000 sumur. Dan sumur yang produktif itu tidak lebih dari 20.000. Selebihnya itu tidak produktif, idle well, dan macam-macam,” terang dia.
Selin itu, Bahlil juga menyampaikan bahwa masih ada 301 wilayah hasil eksplorasi yang belum melakukan rencana pengembangan atau plan of development (POD). Maka dari itu, dia akan melakukan evaluasi untuk meningkatkan lifting migas nasional.
“Untuk mengamalkan perintah Presiden Bapak Prabowo Subianto, dan untuk Ibu Pertiwi, sejengkal pun saya tidak mundur untuk menghadapi orang-orang seperti itu,” ucap Bahlil.
Dia mengungkapkan penyebab penurunan lifting ini dikarenakan adanya perubahan regulasi setelah krisis 1998. Dia mencontohkan apa yang terjadi kepada PT Pertamina (Persero) yang menjadi tulang punggung utama lifting minyak nasional.
"Kenapa turun terus? Dulu itu Pertamina bisa melakukan KSO (kerja sama operasi) dengan yang lain. Dia punya konsesi, dia KSO, meningkatkan produksi. Perubahan regulasi, KSO-nya mulai dikurangi, dia kerjakan sendiri. Untuk kedaulatan ini bagus. Tapi kalau pelemahan itu dilakukan dari internal kita, apakah oknum pejabatnya, oknum BUMN-nya, di sinilah awal kehancuran negara kita," beber Bahlil.

