Ketua APJII Keluhkan Infrastruktur Internet di Indonesia: Bukan Meluas, Tapi Menumpuk!
JAKARTA, investortrust.id - Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, Muhammad Arif menyampaikan kritik tajam terhadap arah pembangunan infrastruktur digital di Indonesia. Menurutnya, meskipun jumlah penyelenggara internet terus bertambah, pembangunan jaringan justru hanya terkonsentrasi di sejumlah kota besar, bukan merata ke seluruh penjuru negeri.
“Kalau kita lihat, infrastruktur internet kita ini bukan melebar, tapi menumpuk,” ujar Arif dalam acara Indonesia Digital Forum (IDF) 2025 di Jakarta, Kamis (15/5/2025).
Arif menyebut, dengan jumlah anggota APJII yang kini mencapai 1.290 Internet Service Provider (ISP) dan antrean perizinan yang mengular hingga 500 permohonan lebih, lonjakan jumlah pelaku industri tak serta-merta berdampak pada pemerataan akses.
Justru sebaliknya, Arif mengungkapkan bahwa 80% aktivitas penyelenggaraan jaringan terkonsentrasi di 18 kota besar, meninggalkan ratusan kabupaten/kota lain tanpa infrastruktur yang memadai.
Situasi inilah yang menurutnya muncul karena absennya roadmap infrastruktur digital nasional yang jelas. Tanpa arah yang tegas dari pemerintah maupun koordinasi lintas lembaga, para pelaku industri akhirnya bergerak masing-masing, menargetkan daerah yang dianggap menguntungkan secara ekonomi.
“Akhirnya numpuk di kota-kota besar yang secara ekonomi menarik, tapi kota lain makin tertinggal,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia memperingatkan bahwa pembangunan yang tidak terarah dapat mengakibatkan pemborosan investasi. Ketika banyak penyelenggara internet membangun di lokasi yang sama, terjadi duplikasi infrastruktur.
Untuk solusi awal, APJII mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan moratorium perizinan baru secara temporer. Tujuannya bukan untuk menghentikan pertumbuhan, melainkan memberi ruang untuk menata ulang arah pembangunan.
Kondisi ini juga berdampak pada kualitas internet nasional. Menurut Arif, banyak ISP yang akhirnya terjebak dalam perang tarif demi bertahan di pasar yang terlalu kompetitif.
“Akhirnya harga jadi hancur-hancuran, dan mereka nggak punya cukup modal untuk investasi perbaikan jaringan,” ujarnya. Hal ini yang kemudian menyebabkan rendahnya kualitas jaringan internet, terutama di luar kota besar.
Baca Juga
Genjot Ekosistem Digital Indonesia yang Lebih Kuat dan Kompetitif, APJII dan BDDC Resmikan IIX-JK2
Dampak beruntun dari kondisi ini sangat berisiko terhadap agenda digitalisasi nasional. Ketika infrastruktur internet belum siap, program-program transformasi digital pemerintah pun rawan gagal.
“Buat apa ada program digital ABCD, kalau jaringan dasarnya aja nggak bisa diandalkan?” sindir Arif, sambil menyoroti bahwa banyak operator saat ini kekurangan dana untuk ekspansi jaringan ke daerah-daerah baru.
Lewat IDF 2025 Ketua APJII mengingatkan bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki arah bersama untuk pembangunan digital yang bukan hanya cepat, tapi juga merata dan berkualitas.
“Kita semua punya peran. Supaya nanti Indonesia bukan cuma terkoneksi 100%, tapi juga dengan kualitas yang setara di mana-mana,” pungkasnya. (C-13)
Baca Juga

