Pasca-'Blackout' Bali, ESDM Dorong Pengembangan PLTP Bedugul untuk Kemandirian Energi
JAKARTA, Investortrust.id - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mendorong Provinsi Bali untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sendiri guna memperkuat ketahanan dan kemandirian energi di wilayahnya.
Hal ini sebagai respons menyusul kejadian pemadaman listrik massal atau blackout yang melanda seluruh wilayah Bali pada Jumat (2/5/2025) selama hampir 12 jam.
“Aku cuma dorong, ini ada kesempatan untuk Bali mempunyai PLTP, karena selama ini wilayah kerja panas buminya itu di wilayah Bedugul,” kata Eniya saat ditemui seusai konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (5/5/2025) dilansir Antara.
Baca Juga
Dia menekankan pentingnya setiap pulau di Indonesia memiliki kemandirian energi yang tidak bergantung pada pasokan dari wilayah lain. Saat ini, sebagian besar pasokan listrik untuk Bali masih berasal dari sistem kelistrikan Jawa melalui jaringan kabel laut. Kondisi ini membuat sistem kelistrikan Bali rentan terganggu jika terjadi gangguan pada jalur transmisi tersebut.
Menurut Eniya, Bali memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi panas bumi, khususnya di wilayah Bedugul. Ia menilai peluang tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk membangun PLTP sebagai sumber energi bersih dan andal di daerah tersebut.
“Termasuk kejadian Bali blackout itu, itu kan juga (perlu) kemandirian dalam satu pulau itu, itu yang harus diperhatikan. Dari dahulu kita sudah meng-announce ya, memberitahukan kepada Bali bahwa enggak bergantung ke Jawa," tuturnya.
Adapun PT PLN (Persero) telah memulihkan sistem kelistrikan Bali yang sempat padam total sejak Jumat (2/5/2025) pukul 16.00 Wita. Pemulihan dilakukan secara bertahap hingga seluruh pelanggan kembali menikmati listrik pada Sabtu (3/5/2025) pukul 03.30 Wita.
Baca Juga
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa gangguan diduga berasal dari sistem penyaluran kabel laut. Namun, ia memastikan penyebab pasti masih dalam tahap investigasi dan bukan akibat serangan siber.
"Secara teknis, indikasi gangguan terpantau terjadi pada sistem penyaluran kabel laut, tetapi kepastian penyebabnya masih terus ditelusuri dan bukan akibat dari serangan siber atau yang lainnya," ucap Darmawan.

