Gibran Tegaskan Hilirisasi Digital Bukan Jargon, Nilainya Berpotensi Tembus US$ 300 Miliar di 2030
JAKARTA, investortrust.id - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan, hilirisasi digital bukan sekadar konsep dan jargon. Hilirisasi digital, kata Gibran merupakan sebuah kebutuhan dan keharusan jika Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam bidang digital. Hal ini mengingat nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$ 90 miliar pada 2024 dan bahkan berpotensi mencapai US$ 300 miliar pada 2029.
"Hilirisasi digital bukan sekadar konsep, bukan juga sekadar jargon, tetapi adalah sebuah kebutuhan dan keharusan jika kita sebagai bangsa Tidak mau hanya menjadi pasar bagi negara lain. Karena sebagai bangsa berdaulat, kita punya hak dan kesempatan untuk menjadi pemain utama di negeri kita sendiri," kata Gibran melalui video bertajuk "Bukan Lagi hanya Pasar Digital, Indonesia Harus Jadi Produsen Digital" yang diunggah akun Youtube Gibran Rakabuming dan dikutip, Selasa (27/5/2025).
Baca Juga
Gibran Tekankan Kekayaan Negara Bukan Hanya SDA, tetapi Data dan Aset Digital
Gibran mengingatkan, hilirisasi digital bukan hanya soal teknologi. Lebih dari itu, hilirisasi digital menyangkut kesempatan hidup yang lebih baik untuk semua. Mengutip Presiden Prabowo Subianto, Gibran menyatakan, bangsa Indonesia harus menguasai teknologi dan harus menjadi produsen.
"Bukan hanya menjadi konsumen. Apalagi Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar. Tahun 2024 nilai ekonomi digital kita mencapai US$ 90 miliar dan di tahun 2030 diprediksi mencapai US$ 200-300 miliar. Besar sekali. Ini bukti bahwa pasar kita, potensi kita sangat menjanjikan," tegasnya.
Untuk itu, Gibran menyatakan, Indonesia membutuhkan gerakan dan langkah bersama dalam menumbuhkan ekonomi digital. Para pelaku lokal dan talenta digital harus diberi ruang agar bisa tumbuh dan berinovasi.
"Kita perlu keberanian keluar dari zona nyaman untuk melakukan terobosan yang mungkin mengusik pihak lain. Kita butuh champion-champion digital hasil karya anak bangsa sebagai cikal bakal kebanggaan negeri agar mampu tumbuh menjadi raksasa digital dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi negeri ini," paparnya.
Gibran mengatakan perbaikan dan penyempurnaan perlu terus dilakukan untuk membuka ruang yang luas bagi bertumbuhnya ekonomi digital. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, kata Gibran, berkomitmen membangun infrastruktur dan ekosistem digital nasional. Mulai dari pengembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), machine learning, games, IoT, blockchain, robotik, hingga keberpihakan terhadap marketplace dan platform digital yang memberi ruang bagi pelaku usaha lokal Indonesia.
"Teman-teman, kita masih punya kesempatan, kita belum terlambat asalkan langkah besar ini bisa kita lakukan bersama-sama sekarang," katanya.
Mantan Wali Kota Solo itu menyatakan, kekayaan sebuah negara saat ini tidak hanya berupa sumber daya alam, seperti tanah, bebatuan, mineral atau hasil bumi. Lebih dari itu, kekayaan negara saat ini berupa data dan aset digital.
"Kekayaan sebuah negara tidak hanya berupa tanah, bebatuan, mineral, atau hasil bumi, tapi sesuatu yang kasat mata namun bernilai tinggi, yaitu data, perilaku, maupun pola pikir dari kita semua," katanya.
Baca Juga
Wow, Google Cloud Targetkan Sumbang Rp 1.400 Triliun untuk Ekonomi Digital RI
Gibran menekankan kekayaan negara berupa data dan aset digital tidak akan pernah habis dan bahkan akan terus tumbuh selama seluruh masyarakat saling terhubung. Setiap klik, tontonan, transaksi, geotagging, download, dan upload adalah komoditas baru di era digital.
"Era di mana kemajuan suatu bangsa bukan lagi hanya ditentukan oleh siapa yang punya tambang atau sumber daya alam, tetapi juga oleh siapa yang menguasai data dan aset digital," tegasnya.
Gibran menegaskan, Indonesia memiliki data dan aset digital yang besar. Hal ini mengingat sekitar 221 juta dari 284 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. Dengan demikian, Indonesia memiliki banyak potensi informasi yang bisa diolah dari data ratusan juga pengguna internet sehari-hari.
"Dan ternyata informasi tersebut sangat dibutuhkan dalam era kompetisi seperti sekarang ini," katanya.

