Targetkan Pembagian Dividen 70% dari Laba Bersih 2026, Begini Hitung-hItungan ISAT
JAKARTA, investortrust.id – PT Indosat Tbk (ISAT) menargetkan kenaikan porsi pembagian dividen menjadi 70% dari laba bersih 2026. Sebelumnya, manajemen telah menerbitkan kebijakan rasio dividen perusahaan yang akan meningkat secara bertahap mulai 2023.
Direktur Keuangan Indosat Lee Chi Hung menjelaskan, perseroan telah membagi dividen dengan rasio 48% dari laba bersih 2023. Porsi ini kemudian dinaikkan menjadi 55% dari laba bersih 2024, yang dibagikan pada 2025.
“Kami rencanakan, secara bertahap menaikkannya menjadi 70% untuk tahun 2026. Jadi dalam waktu dua tahun lagi, itulah yang akan kami lakukan,” jelas Lee Chi Hung dalam paparan publik di Gedung Indosat, Jakarta, Rabu (28/5/2025).
Manajemen pun menjawab, latar belakang pertimbangan perusahaan dalam menentukan besaran dividen yang dibagi kepada pemegang saham.
“Kami telah melihat kinerja kami meningkat dari tahun ke tahun. Jadi yang telah diputuskan oleh dewan adalah untuk memberi penghargaan kepada pemegang saham dengan lebih banyak dividen. Itulah sebabnya kami mengatakan kami ingin meningkatkan rasio pembayaran dividen,” papar Lee Chi Hung.
Dia menjelaskan, jumlah dividen Indosat yang meningkat selama bertahun-tahun terdiri atas dua komponen, yakni rasio pembayaran yang meningkat dan laba bersih yang naik. Kedua komponen inilah yang memberi imbal hasil lebih baik kepada pemegang saham ISAT setiap tahunnya.
“Itu di satu sisi persamaan. Di sisi lain, kami juga tetap menahan sejumlah uang untuk investasi pada jaringan kami, AI, dan semuanya,” jelas pria yang akrab disapa Nicky tersebut.
Baca Juga
Rasio Dinaikkan, Indosat (ISAT) Bagikan Dividen Tahun Buku 2024 Rp 2,67 Triliun
Rasio pembagian dividen yang terbilang besar dan ditargetkan meningkat secara bertahap, Nicky sebut, turut didukung rasio utang bersih perusahaan yang rendah dibandingkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).
Utang bersih Indosat terhadap EBITDA yang setara kurang dari 0,1 kali disebut mencerminkan neraca keuangan perusahaan yang sangat kuat, guna mendukung kebutuhan investasi. Manajemen pun berupaya menyeimbangkan kedua kriteria, yakni pertumbuhan laba bersih dan jumlah utang perusahaan untuk dapat memberi dividen yang lebih besar lagi.
“Faktanya, kami telah memutuskan rumus yang pada dasarnya digunakan untuk menghitung jumlah dividen karena ingin meningkatkan rasio pembayaran dividen dari sekitar 50% menjadi 70% dalam waktu tiga tahun. Jadi, setelah kami mengetahui berapa laba bersihnya, kami tinggal memutuskan berapa banyak pembayaran yang ingin kami tambahkan ke rumus tersebut,” jelas Nicky.
Berdasarkan perhitungan tersebut, manajemen meyakini, perusahaan masih mampu meningkatkan rasio pembayaran dividen dalam beberapa tahun ke depan, sampai menjadi 70% seperti rencana yang telah dibuat.
Tahun ini, perusahaan mengajukan pembagian dividen sebesar 55% dari laba bersih 2024 atau senilai Rp 2,67 triliun dari Rp 4,91 triliun, dengan dividen per saham sebesar Rp 83. Angka ini kemudian disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Indosat 2025.
Dividend payout ratio (DPR) yang dibagikan Indosat itu juga terhitung telah meningkat dibandingkan keuntungan yang diberikan tahun lalu dari laba bersih 2023 yang setara 48%.
“Kami memutuskan untuk melakukannya sebesar 55%, kami tidak ingin tiba-tiba melonjak dari 50% menjadi 70%. Karena jika kami melewatkan beberapa hal maka hal itu dapat menimbulkan risiko bagi perusahaan. Jadi, kami ingin melakukannya secara bertahap setiap tahun, meningkatkannya sedikit demi sedikit menjadi 70%. Begitulah cara kami membuat rumus untuk dividen,” pungkasnya. (Zsazya Senorita)



