Dukung Literasi Keuangan Generasi Muda, Pertamina Geothermal (PGEO) Gelar Seminar di Trisakti Bersama OJK dan BEI
JAKARTA, investortrist.id – PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) menggelar Youth Seminar Financial Literacy bertajuk “Literasi Pasar Modal dan Peluang Investasi di Industri Geothermal” di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta.
Acara tersebut digelar untuk meningkatkan literasi keuangan di pasar modal yang baru mencapai 15,31% pada 2024. Padahal dalam periode yang sama, jumlah investor di pasar modal terus meningkat dan mencapai 14,8 juta single investor identification (SID). Jumlah tersebut didominasi investor muda berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 54,92%.
Di tengah momentum ini, Pertamina Geothermal Energy (PGE) hadir untuk turut membantu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan literasi pasar modal kepada kalangan mahasiswa. Tujuannya untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan generasi muda dalam investasi yang cerdas dan berkelanjutan.
Baca Juga
PGEO Ungkap Target Kenaikan Volume Produksi Ini di 2025, Sahamnya Langsung Ngacir
“Kami ucapkan terima kasih kepada Universitas Trisakti dan Investorturst yang telah memberi kami kesempatan sehingga bisa memberi pembaruan informasi tentang PGE dan rencana bisnis ke depan,” ucap Manager Investor Relations Pertamina Geothermal Energy, Ronald Andre P Hutagalung di Auditorium Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi (FTKE) Universitas Trisakti, Kamis (15/5/2025).
Ronald menjelaskan, selain meningkatkan literasi mahasiswa tentang investasi di pasar modal, seminar dimaksud bertujuan meyakinkan akademisi bahwa Indonesia punya posisi tawar tinggi sebagai salah satu produsen panas bumi terbesar di dunia.
Dekan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Suryo Prakoso menyampaikan rasa hormatnya karena telah diberi kesempatan menjadi wadah penyelenggaraan seminar “Literasi Pasar Modal dan Peluang Investasi di Industri Geothermal”.
Menurut dia, kesempatan tersebut dapat membuka wawasan generasi muda tentang pentingnya pemahaman investasi di pasar modal, sekaligus memperkenalkan potensi besar dari sektor energi terbarukan, khususnya panas bumi.
“Meski kami orang teknis, kami juga mendapat pelajaran ekonomi migas, bagaimana menilai proyek, tetapi memang belum masuk ke saham investasi. Jadi, mudah-mudahan ini jadi tambahan ilmu dan pencerahan untuk mahasiswa,” tegas dia.
Baca Juga
Panas Bumi Bisa Sumbang Rp 1.000 Triliun ke PDB, Ini Gebrakan PGEO Kuasai Pasar
Acara ini, kata Suryo Prakoso, juga diharapkan mampu meningkatkan investasi di sektor panas bumi karena Youth Seminar Financial Literacy telah memberikan informasi akurat dan transparan tentang peluang dan risiko di dalamnya.
Dia menambahkan, penanaman modal di sektor tersebut amat penting karena panas bumi sebagai energi terbarukan sangat dibutuhkan untuk ketahanan energi nasional. Bila swasembada ini tercapai, target pertumbuhan ekonomi 8% akan lebih mudah dicapai.
Tips Investasi 2L
Pada pembukaan Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Youth Seminar Financial Literacy, Deputi Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan OJK, Halimatus Sa'diyah memberi edukasi tentang persiapan yang dibutuhkan generasi muda sebelum berinvestasi.
“Ada tips, kami biasa sebut 2L. Huruf L yang pertama adalah legal. Jadi, cek dulu, apakah ini memiliki legalitas atau tidak. Bagaimana ceknya, bisa lihat di website OJK, apakah perusahaan dan produknya sudah memiliki izin. Kemudian L yang kedua adalah logis,” jelas Halimatus saat memberi kata sambutan.
Sementara itu, Divisi Pengembangan Pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), Yusuf Adi Pradana mengingatkan mahasiswa agar memanfaatkan pengetahuannya dalam memilih investasi.
Bila ingin fokus ke saham, menurut Yusuf, seorang investor atau calon investor dapat memilih saham sektor bisnis yang paling dekat dengan kehidupannya atau yang paling dipahami ilmunya. Dengan begitu, mahasiswa dapat mengetahui jelas prospek bisnis suatu saham.
Baca Juga
Pertamina Geothermal (PGEO) Berkontribusi pada Perhutanan Sosial
“Teman-teman kuliah di FTKE gitu ya. Urusan-urusan yang terkait dengan kebumian dan energi, makanan teman-teman sehari-hari di perkuliahan. Bisa teman-teman jadikan prospek,” ujar Yusuf.
Di lain pihak, CEO PT Investortrust Indonesia Sejahtera, Primus Dorimulu menyampaikan, investasi paling menjanjikan untuk sektor energi terbarukan ada di panas bumi. Sebagai perusahaan tercatat (listed company) di BEI, PGEO dinilai menjadi salah satu saham yang layak dikoleksi.
“Dari semua energi terbarukan, yang paling sustain adalah energi geothermal. Geothermal itu mahal pada investasi awal tetapi kalau sudah jadi, dia tinggal memanen saja. Kalau Anda mengerti saham, membeli saham geothermal, maka 19-20 tahun lagi Anda sudah bisa menikmati (dividen),'' ujar dia.
Dengan begitu, kata Primus, bila generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial berinvestasi di sektor EBT panas bumi, mereka dapat menikmati dividen di masa pensiun atau bisa mencapai kebebasan finansialnya.
Akibat Single Buyer
Di sisi lain, pengamat energi Universitas Trisakti, Pri Agung Rakhmanto memaparkan, salah satu penghambat pengembangan panas bumi di Indonesia adalah pasar yang disetir pembeli tunggal (single buyer).
“Panas bumi Indonesia itu berpotensi tumbuh lebih pesat lagi, kalau kita bisa mengalamatkan key issue di dalam aspek keekonomian. Key issue pertama itu, kita berhadapan dengan single buyer market,” kata Pri Agung.
Dosen Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Bidang Ekonomi Migas, Dwi Atty Mardiana menegasklan, peran pengembangan proyek panas bumi sangat besar terhadap perekonomian hingga kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Berikut Daftar 10 Saham Tercuan Sepekan, Dipimpin FITT dan PGEO Masuk
Atty mengulas dampak positif proyek geothermal di Tanah Air yang dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, hingga memberikan efek berganda (multiplier effect) di wilayah proyek panas bumi.
“Secara nasional, pemanfaatan geothermal akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi. Jadi, akan ada penciptaan lapangan kerja, mulai pengembangan lapangan panas bumi, sampai pembangunan pembangkit listriknya. Kemudian ada penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari pengelolaan lapangan panas bumi,” papar dia.
Dwi Atty Mardiana menuturkan, estimasi penghematan devisa dari impor energi fosil mencapai US$ 3,78 miliar per tahun jika beralih ke geothermal. Itu belum termasuk proyeksi lapangan kerja tambahan hingga 2035 sebanyak 1 juta orang. Pada 2023 saja, PNBP geotermal tembus US$ 194 juta atau Rp 2,98 triliun (kurs Rp 15.395 per dolar).

