Bisa Pecah Rekor Lagi! Intip Prediksi Harga Bitcoin Versi Triv hingga Akhir 2025
JAKARTA, investortrust.id - Platform perdagangan aset kripto di Indonesia, Triv memproyeksikan harga Bitcoin hingga akhir tahun 2025 ini ada di rentang US$ 65.000 – US$ 135.000. Skenario bullish ada di rentang US$ 120.000 - US$ 135.000. Sedangkan skenario bearish-nya ada di US$ 65.000 – US$ 90.000.
“Bank sentral di berbagai negara memotong suku bunganya artinya M2 Money supply up, DXY melemah, ETF inflows, Bitcoin Act 2025. Itu untuk katalis bullish. Untuk bearish, bank sentral di berbagai negara tahan suku bunga, DXY menguat, ETF stagnan/outflow, dan eskalasi perang dagang,” tulis riset Triv dikutip Rabu (30/4/2025).
Secara teknikal, untuk skenario bullish, berdasarkan weekly chart Bitcoin tanggal 26 April, terlihat terbentuknya pattern Inverse Head and Shoulder (IHNS) dan telah terjadi breakout dari resistance level IHNS dan sukses melakukan retest. jika berdasarkan pola IHNS ini maka proyeksi untuk target pergerakan harga Bitcoin dapat sampai di level kisaran US$ 130.000.
Bitcoin juga membentuk pola bull flag pada chart daily yang sudah terjadi breakout ke atas dari chart oattern bull flag-nya. Berdasarkan chart pattern bull flag maka prediksi untuk target harga setelah breakout Bitcoin dapat mencapai harga US$ 123.000. Kemudian ada juga kemungkinan skenario Elliot Wave Extended. yang dimana dari teori Elliot Wave ini, maka harga peak bisa ke US$ 132.000.
“Untuk waktu peak level harga Bitcoin, maka berdasarkan proyeksi waktu historical bull market cycle, maka kemungkinan untuk peak cycle market kali ini akan berada di kuartal IV 2025 sekitar Desember 2025. Skenario bullish pada Bitcoin ini sangat bergantung pada kondisi perekonomian global seperti suku bunga bank sentral, kekuatan indeks nilai dollar, ETF inflows, dan lain-lain,” tulis riset.
Baca Juga
Laporan Pekerjaan AS Picu Peluang Penurunan Suku Bunga, Harga Bitcoin Dinilai Masih di Zona Murah
Selama ini, pergerakan harga bitcoin korelasinya cukup tinggi terhadap M2 World Money Supply di mana kondisi perekonomian global seperti central bank rates sangat mempengaruhi nilai M2 World Money Supply ini. Jika central bank rates menurunkan suku bunga, umumnya akan berpengaruh positif terhadap kenaikan M2 Money Supply. Saat ini M2 Money Supply mengalami rebound kenaikan yang cukup tajam diikuti dengan rebound yang terjadi pada Bitcoin.
Berdasarkan data proyeksi central bank rate AS dari Bloomberg Terminal, diprediksi kemungkinan besar bahwa bank sentral AS (The Fed) akan melakukan pemotongan suku bunga lagi pada bulan Juni 2025 sebesar 0,25 basis poin (bps) dari 4,50 bps menjadi 4,25 bps.
Lalu diproyeksikan sementara bahwa per akhir tahun 2025 suku bunga AS akan berada di level 4,00 bps. Di mana berarti setelah pemotongan suku bunga The Fed yang mungkin terjadi pada Juni nanti, akan ada pemotongan suku bunga sekali lagi sebesar 0,25 bps oleh The Fed yang mungkin akan terjadi di kuartal III dan IV 2025. Pemotongan suku bunga FED ini biasanya bereaksi positif terhadap M2 Money Supply dan High Risk Investment.
Di mana, beberapa bank di negara lain seperti Bank Of England (BOE) juga berencana memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Di mana hal ini bisa bereaksi positif ke M2 Supply. Meskipun begitu, tidak sedikit juga bank sentral dari berbagai negara yang menahan pemangkasan suku bunga akibat adanya potensi eskalasi tarif dagang ekspor impor dari US yang menyebabkan ketidakpastian perekonomian.
ETF Inflow pada minggu ini juga terlihat terjadi kenaikan yang sangat signifikan ditengah ketidakpastian kebijakan ekonomi yang ada saat ini. ini bisa menjadi suatu tanda potensi bahwa investor mulai melihat Bitcoin sebagai safe haven aset digital seperti layaknya emas di tengah ketidakpastian ekonomi saat ini.
“Selain semua hal itu, ada lagi katalis bullish Bitcoin yang bisa membuat Bitcoin sangat bullish dalam 5 tahun kedepan yaitu Bitcoin Act of 2025. Di mana Pemerintah AS berencana untuk membeli 200.000 Bitcoin per tahunnya dalam kurun waktu total 5 tahun dengan jumlah total 1 juta Bitcoin yang sekarang sedang dalam fase proposal,” tulis Triv.
Baca Juga
“Diperkirakan juga dalam waktu mendatang akan dibentuk sebuah peraturan perundang-undangan yang mengatur aset kripto yang dapat mempengaruhi harga Bitcoin,” tambah riset tersebut.
Sementara itu, untuk skenario bearish dapat terjadi dengan dua kemungkinan. Pertama, jika reli minggu ini ternyata terjadi pembalikan harga yang sangat kuat sehingga Bitcoin ditutup dibawah level US$ 89.000 maka kemungkinan besar Bitcoin akan sideways kembali di range US$ 80.000 - US$ 89.000. Kedua jika Bitcoin sukses breakout rally di bulan ini hingga bulan depan, adanya skenario terjadinya double top pada Bitcoin yang menyebabkan Bitcoin dapat turun kembali ke support di harga US$ 60.000.
“Untuk sementara momentum yang terjadi di bitcoin di minggu ini cukup bullish, sehingga besar kemungkinan terjadi skema ke dua, yaitu double top,” tulis riset.
Namun semua pergerakan harga ini nantinya akan sangat dipengaruhi oleh perekonomian global. Salah satu katalis yang dapat menyebabkan skenario bearish ini adalah dibatalkannya rencana pemangkasan suku bunga oleh berbagai bank sentral akibat keputusan tarif AS. seperti contohnya European Central Bank (ECB) dan Central Bank of the Russian Federation (CBR) yang menahan pemotongan suku bunga dan menunggu hasil dari keputusan tarif AS setelah dilakukan negosiasi. Hal ini berpengaruh negatif terhadap M2 yang kemungkinan besar menyebabkan M2 sideways bahkan menurun, di mana tadi sudah disebutkan bahwa M2 memiliki korelasi yang sangat tinggi terhadap pergerakan harga Bitcoin.
Katalis lainnya juga berhubungan dengan tarif AS di mana jika ternyata hasil negosiasi tarif ekspor-impor antar negara berakhir tidak baik sehingga menimbulkan eskalasi perang dagang. Maka hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi dan menyebabkan banyak orang panik dan keluar dari high-risk asset seperti Bitcoin.
Para investor akan cenderung untuk memindahkan aset mereka ke aset "aman" seperti dollar (DXY Menguat) dan emas. Dari hal ini juga kemungkinan besar Bitcoin ETF akan mengalami outflow dan bukan inflow yang juga menyebabkan penurunan harga Bitcoin.
Namun skenario bearish pada Bitcoin di saat ini kecil kemungkinannya terjadi mengingat untuk negosiasi tarif ekspor-impor AS dengan negara-negara lain sudah mulai dilakukan dan sejauh ini berjalan dengan cukup baik. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengikuti berita perkembangan ekonomi terutama saat ini tarif AS untuk mengetahui bagaimana Bitcoin akan bereaksi.
Selain itu, perlu juga diperhatikan terkait kondisi geopolitik seperti ketegangan di laut China Selatan, Perang Rusia-Ukraina. hal ini juga dapat mempengaruhi kondisi ekonomi global. ada Juga kemungkinan dibentuknya regulasi kripto secara global di mana jika regulasi ini ternyata merugikan investor dan usaha yang bekerja di bidang kripto (mining, hedge fund), maka akan banyak investor yang menjual Bitcoin sehingga menyebabkan tekanan penurunan harga Bitcoin.

