Ekonom Sebut Dividen BUMN Rp 125 Triliun Ambisius, Bisa jika DPR Tinggi
JAKARTA, investortrust.id - Ekonom asal Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memperkirakan dividen badan usaha milik negara (BUMN) tahun ini tidak mencapai Rp 125 triliun. Harapan sebesar itu cenderung terlalu ambisius. Namun, bisa saja angka tersebut tercapai, jika pemerintah menetapkan dividend payout ratio (DPR) yang tinggi.
"Bisa saja BUMN diminta membayar dividen dengan payout ratio yang tinggi. Tapi Rp 125 triliun ini terlalu ambisius. Saya meragukan dividen sebesar Rp 125 triliun akan tercapai di tahun 2025," katanya saat dihubungi Investortrust, Senin (09/06/2025).
Baca Juga
Ia menyebut, dalam sejarahnya, BUMN tidak pernah mencetak dividen menyentuh angka Rp 100 triliun per tahun. Ia menyebut dividen terbesar oleh BUMN dicetak pada tahun 2024, senilai Rp 85 triliun. Bahkan, target dividen BUMN oleh pemerintah seperti yang tertuang dalam APBN 2025 'hanya' Rp 90 triliun.
Sebelumnya, Managing Director Finance BPI Danantara Arif Budiman mengungkapkan, kontribusi dividen BUMN pada tahun 2025 ditargetkan bisa mencapai lebih dari Rp 120 triliun. Total dividen itu bakal diinvestasikan kembali oleh Danantara untuk mengembangkan berbagai sektor ekonomi nasional.
"Ekspektasinya adalah dari kontribusi kami, tahun ini, kurang lebih dividen yang dikontribusikan adalah Rp 120 triliun," ungkapnya dalam Simposium Nasional Sumitronomics di JS Luwansa, Jakarta, Selasa (03/06/2025).
2025, Tahun Berat
Wijayanto mengatakan, hal lain yang menjadi tantangan bagi BUMN untuk mencapai dividen Rp 125 triliun adalah tahun 2025 dapat dikatakan sebagai periode yang berat. Di saat terjadi ketidakstabilan geopolitik dan geo-ekonomi global yang semakin meluas, kondisi domestik dihadapkan dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung terkontraksi.
Akademisi dari Universitas Paramadina itu menuturkan, alih-alih mengoptimalkan dividen, banyak BUMN cenderung membutuhkan tambahan modal dan investasi untuk memperbaiki kinerja. "Tahun 2025 adalah tahun yang berat bagi BUMN," lanjutnya.
Meski cenderung sulit, ia mengungkap ada celah bagi Danantara untuk dapat mengejar dividen hingga Rp 125 triliun tahun ini. "BUMN memiliki kemungkinan untuk tetap menyetorkan dividen jumbo ke Danantara. Bisa jadi strateginya adalah bayar dividen besar. Kemudian, sebagian dikembalikan dalam bentuk penyertaan modal dari Danantara," ujarnya.
Meski langkah itu bisa jadi solusi, namun Wijayanto mengingatkan ada kerugian tersendiri yang mengintai BUMN. Kendati seolah angka itu tercapai, kata dia, Danantara maupun BUMN akan rugi di pajak.

