Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Rata-Rata 4,87%, Ini Penyebabnya
JAKARTA, investortrust.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2025 tercatat 4,87% secara tahunan, di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebesar 5,2% dan terendah dalam 9 kuartal terakhir sejak kuartal I-2023. Pertumbuhan ini juga lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) RI selama tiga tahun terakhir (2022–2024) sekitar 5,13% per tahun.
"Ekonomi Indonesia triwulan I-2025 terhadap triwulan I-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 4,87% year on year. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 10,52%, dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi 1,11%. Namun, sektor Pertambangan dan Penggalian kontraksi 1,23%, kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar -0,09%," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (05/05/2025).
PDB sektor pertanian melonjak didorong adanya panen raya dan peningkatan permintaan domestik. Tanaman pangan tercatat tumbuh 42,26%, ditopang oleh panen raya padi dan jagung, sementara peternakan tumbuh 8,83% sejalan dengan peningkatan permintaan domestik daging dan telur saat momen Ramadan dan Idulfitri.
Amalia menjelaskan lebih lanjut, sektor Industri Pengolahan (Manufaktur) tumbuh 4,55% yoy, dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,93% yoy. Sektor Perdagangan dan Reparasi tetap tumbuh kuat 5,03% yoy dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,66%, disusul sektor Infokom tumbuh sebesar 7,72% dengan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,53%.
"Sektor konstruksi juga tumbuh 2,18% yoy. Sedangkan, kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar 0,22%," ujarnya.
Ia menjelaskan, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran atas dasar harga berlaku triwulan I-2025 mencapai Rp 5.665,9 triliun. Sedangkan, PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 3.264,5 triliun.
Sementara itu berdasarkan data BPS yang diolah, pada tahun 2022 pertumbuhan ekonomi nasional secara yoy masih 5,31%, tahun 2023 sebesar 5,05%, dan pada 2024 senilai 5,03%. Rata-rata pertumbuhan per tahun adalah 5,13%.
Baca Juga
"Ekonomi Indonesia triwulan I-2025 terhadap triwulan IV-2024 juga terkontraksi sebesar 0,98% (quarter to quarter). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Jasa Pendidikan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 8,45%. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 39,89%," ujarnya.
Konsumsi Pemerintah Kontraksi
Sementara dari sisi pengeluaran, komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 6,78% kuartal I-2025. Ekspor ini didorong oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas dan kunjungan wisatawan mancanegara.
Berikutnya adalah Konsumsi Rumah Tangga tumbuh 4,89%, Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) 3,07%, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi 2,12%. Sedangkan Konsumsi Pemerintah kontraksi 1,38% dan untuk impor yang menjadi pengurang PDB naik 3,96%.
"Seluruh komponen pengeluaran tumbuh, kecuali komponen Konsumsi Pemerintah yang mengalami kontraksi. Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama PDB dengan pertumbuhan 4,89%, dengan kontribusi terhadap PDB mencapai 54,53% (turun dari kuartal I-2024 sebesar 54,93%). Kontributor terbesar kedua adalah PMTB 28,03% (turun dari kuartal I-2024 mencapai 29,14%)," paparnya.
Konsumsi rumah tangga dan PMTB, tandas Amalia, merupakan komponen dengan kontribusi terbesar terhadap ekonomi RI pada triwulan I-2025. Total kontribusi keduanya menembus 82,56%. PMTB yang tumbuh positif ini tecermin pada beberapa indikator investasi yakni peningkatan impor barang modal, khususnya jenis mesin dan kendaraan, sedangkan subkomponen PMTB yang tumbuh positif adalah mesin dan perlengkapan serta kendaraan.
"Untuk sumber pertumbuhan tertinggi pada triwulan I-2025 (yoy) adalah Konsumsi Rumah Tangga nilainya sebesar 2,61%. Sumber pertumbuhan tertinggi kedua adalah Ekspor Barang dan Jasa sebesar 1,59%," ucapnya.
Masih Didominasi Jawa
Amalia menjelaskan, selama triwulan I-2025, kelompok provinsi di Pulau Jawa mendominasi struktur dan kinerja ekonomi Indonesia secara spasial. Kontribusi pulau terpadat penduduk di Nusantara ini sebesar 57,43% yoy.
"Sedangkan kinerja ekonomi Jawa mencatat pertumbuhan 4,99% (yoy). Ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional," paparnya.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Sulawesi. Pertumbuhannya pulau yang merupakan salah satu wilayah utama penghasil dan pengekspor baja di Indonesia ini mencapai 6,40%.
Untuk wilayah yang terendah pertumbuhannya adalah Maluku dan Papua, hanya sebesar 1,69% yoy triwulan I-2025. Maluku belakangan dikenal menyedot investasi besar-besaran hilirisasi nikel termasuk untuk bahan baku baterai mobil listrik, di mana tahun sebelumnya mencatatkan pertumbuhan wilayah tertinggi. Amalia pernah menyampaikan, pada 2024, Maluku dan Papua merupakan wilayah dengan dengan tingkat pertumbuhan secara kumulatif tertinggi mencapai 7,81%(cumulative to cumulative/ctc).
Perlambatan Pertumbuhan Global
Pada kesempatan terpisah, Antara melansir, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 sebesar 4,87% secara tahunan (yoy) menunjukkan ketahanan ekonomi nasional di tengah perlambatan pertumbuhan global. "Pencapaian pertumbuhan ini adalah sangat baik, di tengah adanya tekanan pertumbuhan ekonomi global, di mana sebagian besar negara partner dagang Indonesia juga mengalami perlambatan ekonomi. Ini seperti Amerika Serikat yang telah tumbuh negatif atau kontraksi sebesar 0,3% dan Jerman yang tumbuh hanya 0,2% yoy," ujar Fakhrul di Jakarta, Senin.
Di tengah tantangan global pada 2025 seperti adanya perang dagang dan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, kata dia, peningkatan daya tahan ekonomi nasional baik sektor riil dan keuangan akan menjadi agenda penting bagi pemerintah. Ke depan, implementasi belanja pemerintah dan program strategis nasional di kuartal selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan menjadi bantalan perekonomian Indonesia dari gejolak ekonomi global dan perang dagang.
Baca JugaPolitik Pendidikan, Peningkatan Industri dan Kesejahteraan: Terobosan Triputra

