Di Bawah Perkiraan, Pertumbuhan PDB Australia Kuartal I Hanya 1,3% YoY
CANBERRA, investortrust.id - Pertumbuhan ekonomi Australia pada kuartal pertama 2025 tercatat hanya 1,3% secara tahunan, di bawah ekspektasi konsensus sebesar 1,5%, menandakan tekanan lanjutan dari pelemahan permintaan domestik serta ekspor. Angka ini juga stagnan dibanding kuartal sebelumnya, menambah kekhawatiran atas laju pemulihan ekonomi Negeri Kanguru.
Baca Juga
Pasar Saham Australia Melemah Setelah Kemenangan Albanese, Mengapa?
Menurut Biro Statistik Australia, secara kuartalan, PDB hanya tumbuh 0,2% — juga meleset dari ekspektasi pertumbuhan 0,4%. Belanja pemerintah dan perdagangan bersih justru memberikan kontribusi negatif terhadap output, masing-masing mengurangi 0,1 poin persentase. Sebaliknya, permintaan sektor swasta menjadi satu-satunya pendorong, menambah 0,3 poin persentase.
“Belanja pemerintah mencatatkan penurunan terbesar terhadap pertumbuhan sejak kuartal September 2017,” ujar Katherine Keenan, Kepala Divisi Neraca Nasional di ABS, seperti dikutip CNBC. Ia menjelaskan bahwa cuaca ekstrem memperburuk permintaan domestik dan ekspor, dengan dampak paling terasa di sektor pertambangan, pariwisata, dan pelayaran.
Dalam situasi seperti ini, perhatian pasar beralih ke langkah lanjutan dari Bank Sentral Australia (RBA). Setelah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke 3,85% pada Mei, muncul harapan bahwa pelonggaran tambahan bisa segera dilakukan untuk menopang pertumbuhan.
“Ketidakpastian ekonomi yang tinggi mungkin mendorong rumah tangga untuk lebih memilih menabung ketimbang membelanjakan,” ujar Abhijit Surya, Ekonom Senior Asia-Pasifik di Capital Economics. Ia memperkirakan suku bunga bisa dipangkas lebih lanjut hingga 3,35% dalam siklus saat ini.
Namun, tekanan inflasi belum sepenuhnya sirna. Inflasi tahunan berada di angka 2,4% — level terendah dalam empat tahun, tetapi masih disertai pertumbuhan upah yang melebihi target RBA. Ini membuat ruang pelonggaran tidak sepenuhnya terbuka.
Risalah rapat dewan RBA menunjukkan bahwa opsi pemangkasan besar sebesar 50 basis poin sempat dipertimbangkan, seiring meningkatnya risiko dari kebijakan tarif global. “Pemangkasan besar bisa memberi asuransi lebih terhadap risiko global,” tulis notulen tersebut.
Baca Juga
Prabowo Bertekad Jaga Hubungan dengan Australia yang Ditakdirkan Jadi Tetangga Indonesia
Ben Udy, Ekonom Utama Oxford Economics, memperkirakan bahwa bila tren pelemahan ekonomi berlanjut di kuartal kedua, RBA bisa memangkas suku bunga lagi secepat Juli. “Tekanan dari ketidakpastian terhadap PDB kemungkinan akan semakin parah,” katanya.
Sementara itu, pasar saham Australia menyambut positif dengan kenaikan indeks S&P/ASX 200 sebesar 0,83%, sementara dolar Australia tetap stabil di level 0,6460 terhadap dolar AS.

