Tingkat Daur Ulang Plastik Indonesia 71% untuk PET, Nilai Ekonomi Rp 19 Triliun Setahun
JAKARTA, Investortrust.id — Sustainable Waste Indonesia (SWI) bersama Indonesian Plastic Recyclers (IPR) meluncurkan hasil studi "Recycling Rate Index (RRI)" yang menghadirkan data terkini tentang capaian daur ulang sampah plastik nasional. Studi menunjukkan kontribusi daur ulang plastik dalam produksi resin plastik mencapai 19% dengan total nilai ekonomi mulai pengumpulan, agregasi, hingga daur ulang plastik setidaknya mencapai Rp 19 triliun per tahun.
"Salah satu temuan studi ini menunjukkan tingkat daur ulang plastik total dari sampah pasca- konsumsi (PCR) di Indonesia cukup baik atau tergolong moderat," kata Director SWI Dini Trisyanti dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/5/2025).
Bahkan tingkat daur ulang sampah pasca-konsumsi (PCR) termasuk tinggi untuk polyethylene terephthalate (PET) botol di 71% dan high density polyethylene (HDPE) rigid di 60%.
Baca Juga
Kurangi Limbah Produk, Unilever (UNVR) Daur Ulang 56.159 Ton Sampah Plastik Tahun 2023
"Angka tingkat daur ulang ini baik dan telah meningkat signifikan berkat kolaborasi lintas pemangku kepentingan, termasuk inisiatif yang telah dilakukan industri," kata Dini yang juga peneliti utama dalam studi ini.
Dini menilai, inisiatif studi RRI sebagai langkah penting. “Kami percaya data yang akurat sangat krusial untuk memahami kondisi nyata di lapangan dan menjadi dasar bagi kebijakan yang lebih tepat," kata dia.
Dini mengatakan, melihat dampak perekonomian dan pentingnya peran daur ulang plastik dalam pengelolaan sampah, diperlukan kolaborasi lintas sektor, termasuk edukasi konsumen dalam memilah sampah dari sumber, transparansi pelaporan daur ulang secara nasional, serta inovasi teknologi untuk mendorong daur ulang plastik.
Baca Juga
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup Ade Palguna Ruteka mengapresiasi studi ini sebagai bentuk kontribusi dari sektor non-pemerintah. "Studi ini tidak hanya melengkapi upaya yang telah dilakukan pemerintah, tetapi memberikan wawasan tambahan melalui hasil identifikasi dan analisis komprehensif," kata dia.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas pemangku kepentingan sebagai kunci untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang inklusif dan berkelanjutan.
Ade mengatakan, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menargetkan penyelesaian 100% permasalahan sampah pada 2029.
Untuk mencapai target tersebut, telah disiapkan strategi pengurangan dan penanganan sampah, termasuk mendorong penerapan prinsip ekonomi sirkular dalam sistem daur ulang serta mendorong produsen untuk menerapkan extended producer responsibility (EPR). "Target ini tidak akan tercapai tanpa dukungan dari seluruh sektor,” tegas Ade.
Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation Maya Tamimi, menyampaikan pada 2024, Unilever Indonesia telah mengumpulkan dan mengelola 90.000 ton sampah plastik, lebih banyak dari yang digunakan untuk menjual produk-produknya.
"Upaya ini dicapai melalui jaringan bank sampah binaan, pengepul, dan refuse derived fuel (RDF). Kami percaya kolaborasi adalah kunci menuju masa depan yang bebas sampah,” tegasnya.
Sustainability Delivery Lead Nestlé Indonesia Maruli Sitompul menyampaikan, langkah konkret yang telah diambil Nestle dalam rangka menekan limbah plastik adalah penggunaan sedotan kertas di seluruh ready-to-drink (RTD) dan mendesain kemasan menjadi kemasan daur ulang (monomaterial packaging).
Baca Juga
Kurangi Limbah Produk, Unilever (UNVR) Daur Ulang 56.159 Ton Sampah Plastik Tahun 2023
Di kesempatan yang sama, Public Affairs and Sustainability Director Aqua Astri Wahyuni menyampaikan bahwa ekosistem daur ulang di Indonesia terus berkembang di tengah tantangan, seperti kualitas input dari sampah tercampur, harga produk recycled polyethylene terephthalate (RPET) yang masih tinggi, dan kebutuhan insentif bagi pelaku.
“Saat ini, 75% produk Aqua sudah sirkular melalui galon guna ulang, lebih 96% kemasan dapat didaur ulang, dan seluruh produk mengandung hingga 25% material daur ulang," kata dia.
Studi dilakukan selama periode Juli hingga Desember 2024 dengan pendekatan hulu-hilir. Metode pengumpulan data melalui wawancara sekitar 700 pelaku rantai nilai plastik dan data sekunder berdasarkan data pemerintah, Badan Pusat Statistik (BPS), dan literatur.

