Gawat! Kim Jong-un Ngamuk Atas Kecelakaan Peluncuran Kapal Perang dan Menyebutnya Sebagai Perbuatan Kriminal Berat
Jakarta, investortrust.id – Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mengecam kecelakaan besar selama peluncuran kapal perusak seberat 5.000 ton yang baru dibangun, menyebutnya sebagai "kecelakaan serius" dan "tindakan kriminal berat." Kim yang menyaksikan secara langsung seluruh proses terjadinya kecelakaan itu mengatakan bahwa kejadian itu telah merusak martabat dan harga diri bangsa
Kim mengumumkan bahwa rapat pleno partai akan diadakan bulan depan dan memperingatkan bahwa mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi hukuman.
Menurut Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada tanggal 21 Mei, upacara peluncuran diadakan pada hari yang sama di Galangan Kapal Chongjin, yang dihadiri oleh Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.
Laporan tersebut mengatakan kecelakaan itu terjadi karena kesalahan komando dan operasional yang buruk. Secara khusus, kereta luncur peluncur belakang terlepas lebih awal karena penyelarasan rel tidak diamankan dengan benar, menyebabkan kapal kandas. Lambung kapal rusak di beberapa bagian, menyebabkan kapal kehilangan keseimbangan dan haluan tidak dapat terpisah dari landasan peluncuran.
"Ini adalah kecelakaan yang parah dan tidak dapat diterima, akibat kecerobohan, tidak bertanggung jawab, dan praktik yang tidak ilmiah," kata Kim, menurut KCNA. "Ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi dan tidak dapat ditoleransi."
Kim menyebutkan beberapa lembaga yang bertanggung jawab, termasuk Departemen Industri Pembuatan Mesin Partai Buruh, Institut Penelitian Dinamika Akademi Ilmu Pengetahuan Negara, Universitas Teknologi Kim Chaek, Institut Desain Kapal Pusat, dan Galangan Kapal Chongjin. Ia memperingatkan bahwa mereka yang bertanggung jawab akan menghadapi tindakan disipliner pada rapat pleno Komite Sentral Partai Buruh yang dijadwalkan bulan depan. Menyusul pernyataan Kim, Korea Utara secara resmi mengumumkan rapat pleno ke-12 Komite Sentral ke-8 melalui pernyataan yang dikeluarkan oleh Politbiro Partai.
Open Source Centre, lembaga nirlaba yang berbasis di Inggris, mengunggah foto satelit beresolusi tinggi pada tanggal 22 Mei yang memperlihatkan haluan kapal perang itu kandas di daratan sementara buritannya tetap terendam air. Penutup seperti terpal biru terlihat di sekitar lambung kapal, konsisten dengan upaya untuk menyembunyikan atau melindungi struktur yang rusak.
Menurut Rodong Sinmun, media pemerintah Korea Utara mengakui kegagalan tersebut, melaporkan bahwa peluncuran kapal perusak itu berakhir dengan "kecelakaan serius yang tidak dapat ditoleransi." Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un hadir selama upaya peluncuran dan dilaporkan menggambarkan peristiwa itu sebagai "insiden serius" dan "tindakan kriminal."
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) menyatakan bahwa buritan kapal meluncur ke dalam air sebelum waktunya karena peluncuran kereta luncur yang salah arah, yang kemudian menyebabkan bagian bawah kapal retak dan kehilangan keseimbangan struktural. Haluan kapal tetap tersangkut di landasan luncur, kata kantor berita tersebut.
Analis pertahanan yang meninjau citra satelit mencatat bahwa kapal tampak miring, yang menunjukkan bahwa air mungkin telah membanjiri kompartemen internal.
Seorang pakar konstruksi angkatan laut mengatakan kepada media Korea Selatan, Chosun Ilbo, "Berdasarkan citra satelit, masuk akal untuk berasumsi bahwa air telah memasuki kapal. Sistem propulsi dan komponen elektronik kemungkinan tidak dapat diperbaiki lagi."
Korea Utara belum merilis citra resmi insiden tersebut tetapi telah mengonfirmasi bahwa Kim memerintahkan pemulihan kapal perang segera, menyebutnya sebagai masalah "kepentingan politik" yang terkait dengan prestise nasional. Ia menginstruksikan agar pemulihan diselesaikan sebelum pertemuan partai besar yang dijadwalkan pada bulan Juni.
Sejumlah analis mengatakan Korea Utara tidak memiliki peralatan maritim angkat berat yang dibutuhkan untuk memulihkan kapal dan mungkin harus mencari dukungan teknis dari luar negeri. Seorang pakar mengatakan kepada media tersebut, “Mereka perlu mendorong kapal tersebut sepenuhnya ke laut dan mengangkatnya menggunakan derek dan tongkang peralatan yang kemungkinan tidak dimiliki Korea Utara.”
Insiden ini merupakan pukulan telak bagi upaya Pyongyang untuk memproyeksikan modernisasi angkatan laut di tengah ketegangan yang sedang berlangsung di Semenanjung Korea.
Aegis Ala Korea Utara
Kapal perusak seberat 5.000 ton tersebut, salah satu kapal perang permukaan terbesar yang diketahui di negara itu, telah diawasi ketat oleh pengamat pertahanan regional. Kapal perang yang mengalami insiden tersebut adalah kapal kedua dari kelas Choe Hyon. Kapal pertama berhasil diluncurkan pada tanggal 27 April 2025 dan merupakan Kapal Perusak pertama yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Rakyat Korea (KPN) dan disebut-sebut sebagai kelas Aegis Korea Utara.
Menurut siaran pers oleh kantor berita pemerintah Korea Utara, Korean Central News Agency, kapal destroyer ini diklasifikasikan sebagai kapal perusak multiperan dengan bobot mati 5.000 ton dengan panjang sekitar 140 m hingga 145 m dan lebar sekitar 16 meter.
Berdasarkan rekaman yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara selama pembangunan pada bulan Desember 2024 dan citra satelit dari kapal kedua, kapal tersebut akan dipersenjatai dengan satu meriam utama dan sejumlah sel sistem peluncur vertikal (VLS) untuk peluru kendali, yang terletak di haluan, tepat di belakang meriam utama, dan di buritan. Diduga sel VLS tersebut memiliki kemiripan dengan sel VLS 3M22 Zircon buatan Russia. Sementara itu radar array menggunakan panel bertahap yang terintegrasi ke dalam superstrukturnya dan nampaknya mirip dengan radar yang digunakan pada korvet kelas Karakurt milik AL Russia.

