Kardinal Mulai Voting Hari Ini, Probabilitas Paus Terpilih dari Italia Terbesar?
JAKARTA, Investortrust.id - Konklaf adalah ritual khas untuk memilih Paus yang baru, Sang Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Roma sedunia. Pada Rabu 7 Mei 2025, Misa meriah dimulai pukul 10.00 tadi, waktu Vatikan. Ritus ini disebut dengan istilah “Pro Eligendo Pontifice” (Misa Pemilihan Paus), yang dipimpin oleh Pemimpin Kolegium Para Kardinal, yakni Kardinal Giovanni Battista Re (91 tahun) dari Italia.
Perayaan Misa tersebut dihadiri oleh seluruh Kardinal yang hadir, baik yang berada di bawah umur 80 tahun, maupun yang sudah di atas 80 tahun. Sedangkan jumlah Kardinal yang akan mengikuti acara Konklaf, artinya memilih dan bisa juga dipilih menjadi Paus, berjumlah 133 orang. Yang berhak memilih dan diplih dalam Konklaf hanya para Kardinal yang berumur di bawah 80 tahun.
"Selama ini, sejak kematian Paus Fransiskus tanggal 21 April 2025, Vatikan dan Gereja Katolik mengalami kekosongan Tahta Suci, yang disebut dengan istilah 'sede vacante'," kata Padre Marco SVD dalam keterangan dari Vatikan, Rabu 7 Mei 2025. Imam Katolik yang memiliki nama lengkap Pater Markus Solo Kewuta, SVD, berasal dari Nusa Tenggara Timur, yang saat ini menjadi pejabat resmi di Takhta Suci Vatikan. Ia merupakan satu-satunya warga negara Indonesia yang bekerja di Vatikan.
Dalam struktur hierarki Gereja Katolik, Kardinal berbeda dengan Uskup, meski banyak Kardinal juga merupakan Uskup. Perbedaan ini terletak pada fungsi, jabatan, dan perannya.
Uskup tugas utamanya memimpin sebuah keuskupan, yaitu wilayah gerejawi tertentu, contohnya Uskup Bandung memimpin umat Katolik di wilayah Bandung. Sedangkan fungsinya adalah menggembalakan umat, menahbiskan Imam, dan menjaga ajaran iman di wilayahnya.
Sedangkan Kardinal merupakan jabatan kehormatan yang diberikan oleh Paus kepada para Uskup atau Imam, yang dianggap berjasa atau penting dalam Gereja. Tugas utamanya adalah memilih dan dipilih sebagai Paus dalam konklaf jika usianya di bawah 80 tahun, serta membantu Paus dalam mengelola Gereja Katolik secara global. Banyak Kardinal juga memimpin keuskupan besar, misalnya Kardinal Jakarta.
Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo adalah Uskup Agung Jakarta saat ini. Ia lahir pada 9 Juli 1950 di Sedayu, Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Dengan demikian, pada Mei 2025, usianya adalah 74 tahun. Ordinarius Militer Indonesia ini sekarang sedang mengikuti Konklaf, sebagai satu-satunya Kardinal RI yang masih aktif.
Hingga Mei 2025, Indonesia yang memiliki populasi terbesar keempat di dunia memiliki tiga kardinal yang diangkat oleh Paus sepanjang sejarah NKRI. Berikut adalah daftar mereka beserta keuskupan masing-masing:

Baca JugaIndonesia Mesti Perkuat Agenda Transisi Energi di Tengah Guncangan Geopolitik
Video: Komsos Katedral.
Apa Arti Konklaf?
“Konklaf” berasal dari bahasa Latin “Conclave”. Kata ini secara etimologis terdiri dari dua kata, yakni “cum” artinya “dengan”, dan “clave” artinya “kunci”. Jadi, Konklaf adalah pemilihan Paus yang terjadi di dalam ruangan terkunci rapat. Artinya, terjadi dalam suasana sangat rahasia dan tidak diketahui oleh dunia luar.
Makna lainnya adalah pemilihan yang terjadi di tempat tersembunyi dan dalam suasana tenang, dalam doa, dan meditasi. Di dalam Konklaf, setiap Kardinal di bawah umur 80 tahun bisa memilih dan dipilih. Artinya, setiap Kardinal masuk ke dalam ruang Konklav sebagai Kardinal, tetapi berpotensi nanti keluar sebagai Paus.
Setelah Misa pukul 10.00 pagi hari ini, 7 Mei 2025, yang diperkirakan selama 1½ jam, para Kardinal akan kembali ke penginapan di rumah Domus Santa Marta untuk santap siang. Domus Santa Marta adalah tempat Paus Fransiskus tinggal selama 12 tahun masa kepausannya.
Rumah ini memiliki banyak kamar. Semua kolega dan penghuni rumah sudah diungsikan ke tempat lain untuk memberikan tumpangan kepada 133 Kardinal. Tadi malam sekitar pukul 18.30 waktu Vatikan, pintu sudah disegel dengan tulisan larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan. Semua Kardinal Konklaf sedang berada di dalamnya dan rumah itu sangat senyap.
Mulai sore hari ini, Vatikan mematikan jaringan internet di wilayah gerak para Kardinal. Mereka juga dilarang menggunakan berbagai perangkat elektronik. Para pegawai Vatikan juga dilarang melewati jalur para Kardinal, dan harus parkir mobil di wilayah yang sangat jauh dari mereka.
Setelah makan siang di rumah penginapan Domus Santa Marta, tetap dalam suasana sangat tenang, para Kardinal di bawah 80 tahun maupun di atas 80 tahun akan diangkut dengan kendaraan menuju Kapel Paolina. Kapel ini terletak di dalam Istana Kepausan di dalam Vatikan, sehingga sebagian ada yang berjalan kaki melalui jalur khusus yang sangat tertutup, karena berjarak hanya sekitar 300 meter.
Pukul 15.45 waktu Vatikan, mereka semua hadir di dalam Kapel Paolina. Dari sana, mereka berarak dalam prosesi agung dan dalam doa sambil menyanyikan lagu “Veni Creator Spiritus”, masuk ke dalam tempat Konklaf, yakni Kapel Sistina. Kapel ini terletak langsung bersebelahan dengan Kapel Paolina. Keduanya berada di area Sala Reggia, Istana Kepausan, persis di jantung Vatikan.
Sekitar pukul 16.30 WIB, para Kardinal peserta Konklaf (133 orang) mengangkat sumpah di atas Kitab Suci, satu demi satu. Dengan itu, mereka tidak boleh membocorkan rahasia dan tidak boleh melakukan pelanggaran apa pun.
Aturan Konklaf dari Paus Benediktus XVI mengancam setiap pelanggaran dengan hukuman ekskomunikasi. Setelah mengangkat sumpah masing-masing, Maestro Liturgi menyerukan kalimat terkenal "Extra Omnes“, artinya semua Kardinal di atas umur 80 harus meninggalkan ruang Konklaf.
Setelah itu, para Kardinal Konklaf mulai diarahkan untuk pemilihan putaran pertama. Sore sampai malam ini hanya dilakukan satu putaran saja. Sedangkan hari-hari lainnya akan ada 4 putaran setiap hari: dua putaran di pagi hari dan dua di sore hari, sampai ada hasil 2/3 suara dari semua pemilih.
Kalau sampai 35 putaran belum ada hasil 2/3, maka dua orang yang meraih suara terbanyak akan dipilih dalam putaran selanjutnya, sampai satu dari dua orang itu meraih kemenangan. Konklav-konklav terakhir hanya membutuhkan waktu dua sampai 3 hari, artinya antara 8 sampai 10 putaran saja.
Namun, di dalam sejarah, pernah terjadi Konklaf sampai lebih dari 1 tahun. Sedangkan yang terpendek adalah 10 jam.
Konklaf paling lama dalam sejarah berlangsung selama 2 tahun, 9 bulan, dan 2 hari, dari November 1268 hingga 1 September 1271. Paus yang terpilih adalah Paus Gregorius X dari Italia.
Mengapa begitu lama hingga 33 bulan? Ini karena para Kardinal sangat terpecah dalam pilihan politik antara faksi Prancis dan Italia. Umat dan otoritas lokal frustrasi karena kebuntuan itu, sampai akhirnya Walikota Viterbo mengurung para Kardinal dan mencabut atap bangunan, memaksa mereka memilih di bawah hujan dan panas. Jatah makanan juga dibatasi -- kondisi inilah yang kemudian menginspirasi istilah "konklaf", dari Latin cum clave, artinya “dikunci”. Paus Gregorius X kemudian menetapkan aturan konklaf tertutup dalam Konsili Lyon II (tahun 1274), yang menjadi dasar konklaf modern yang berlangsung singkat dan tertib.
Bebas Tulis Nama Kardinal Lain
Ketika hendak memilih, setiap Kardinal menerima sepucuk kertas dengan judul dalam bahasa Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum. Ini artinya: Saya memilih Pemimpin Tertinggiku. Di bawahnya terdapat ruangan untuk menulis nama orang yang ingin dipilih.
Setiap kali setelah selesai memilih, setiap Kardinal diminta untuk beranjak dari tempat duduknya menuju Altar, di mana sudah disediakan sebuah tempayan atau piala, tempat mereka memasukkan kertas suara mereka. Setiba di depan Altar, setiap Kardinal berdiri dengan posisi menghadap sidang Kardinal, mengangkat kertas pilihannya tinggi-tinggi untuk membuktikan bahwa dia telah memilih secara sah, kemudian berlutut untuk berdoa.
Bunyi doanya adalah: “Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere“ (Aku memanggil Kristus Tuhan sebagai hakimku untuk menjadi saksi bahwa saya telah memilih calon ini, yang saya yakin sungguh bahwa dia dipilih sesuai kehendak Tuhan). Setelah berdoa demikian, si Kardinal pemilih bangun berdiri, melipatkan kertas pilihannya dua kali hingga berukuran kecil sekitar 2×2 cm, lalu meletakkannya ke tempayan atau piala yang telah disediakan. Setelah itu, dia kembali ke tempat duduk dan disusul oleh Kardinal lainnya hingga akhir.
Setelah ke-133 Kardinal melakukan tahap ini, ketiga Kardinal termuda yang telah dipilih untuk melancarkan upacara pemilihan, menghitung kertas suara dan mengumpulkan suara, lalu mengumumkan hasil pemilihan. Kalau proses pemilihan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka pemilihan dinyatakan sukses.
Di akhir setiap putaran, kertas-kertas yang sudah terbuka akan dilubangkan dengan sebuah jarum lalu dibariskan pada seutas benang, kemudian dimasukan ke dalam oven untuk dibakar. Kalau putaran tersebut belum menghasilkan seorang Paus, maka kertas-kertas itu dibakar dengan campuran zat kimia yang menghasilkan asap warna hitam. Hal ini memberikan isyarat kepada umat Katolik seluruh dunia bahwa Paus belum terpilih.
Baca Juga
PT PII Cetak Rekor Laba Rp 931 Miliar, Pendapatan Melonjak 13% ke Rp 1,49 Triliun
Tanggal 7 Mei, hari pertama Konklaf yang dimulai sore hari, hanya dilakukan satu putaran. Hasilnya melalui asap baru terlihat setelah pukul 19.00 waktu Vatikan, atau tengah malam WIB.
Seandainya sebuah putaran telah menghasilkan mayoritas yang dibutuhkan, artinya seorang Paus sudah terpilih, maka Kardinal Dekan menanyakan kepada yang bersangkutan dalam keadaan berdiri, apakah dia menerima pemilihan tersebut. Ketika dia menjawab "Ya" sebagai tanda kesediaannya, maka kepadanya dilontarkan pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus.
Setelah memberikan jawaban atas kedua pertanyaan ini dengan jelas, Paus baru dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. Dulu, Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku lagi.
Setelah mengenakan pakaian khusus itu, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan Altar tersebut sudah disediakan kursi khusus. Di hadapannya para Kardinal mengucapkan janji setia dan ketaatan mereka kepadanya.
Pada saat itu, pengurus pembakaran kertas pilihan memasukkan kertas-kertas yang sudah dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katiolik sudah memiliki seorang Paus. Asap putih dari cerobong di atas atap Kapel Sistina akan diiringi dengan bunyi lonceng panjang Basilika Santo Petrus Vatikan.
Diantar ke Kamar Air Mata
Pada saat yang sama, Paus baru diantar menuju sebuah kamar di samping Altar yang disebut “Camera Lacrimatoria”, artinya Kamar Air Mata. Di kamar ini dia beristirahat sejenak, memikirkan apa yang harus dikatakan beberapa saat kemudian ketika diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus.
Kamar itu dinamakan “Kamar Air Mata“ karena berbagai alasan. Ini antara lain sebuah tempat khusus, di mana Paus baru meluapkan segala perasaannya, yang umumnya di dalam sejarah berupa deraian air mata kegembiraan atau keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain untuk ditampilkan ke publik.
Dalam selang waktu antara 20 sampai 40 menit, ketika ratusan ribu umat dan peziarah bergegas menuju Lapangan Santo Petrus, Paus baru diantar oleh rombongan Kardinal menuju Balkon Basilika Santo Paulus, yang berbingkai merah dan ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. Dua ajudan mendamping seorang Kardinal Diakon, yang akan mengumumkan kepada dunia nama Paus baru sebagai hasil Konklaf.
Kardinal Diakon mengumumkan nama Paus baru dengan rumusan awal berikut: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!“. Artinya: “Saya mengumumkan kepada Anda sekalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus!“
Kardinal Diakon dan kedua ajudan mundur, lalu tampillah Paus baru sambil menyalami hadirin dan pemirsa di seluruh dunia dengan gestikulasi tangan khas. Paus baru juga membawakan wejangan singkat yang syarat makna. Kata-kata awal sering tersirat kepribadian, spiritualitas, kiblat teologi, pastoral, dan arah perjalanan pontifikatnya.
Setelah melakukan perkenalan dan sambutan ini, beliau kembali ke kediaman barunya di dalam Vatikan. Beberapa hari kemudian, sebuah Misa instalasi Paus baru akan dilaksanakan dan terbuka untuk umat. Umumnya terjadi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan.
Pada saat itu, umat dipenuhi kegembiraan sekaligus rasa ingin tahu tentang apa yang akan disampaikan Paus baru di dalam kotbahnya, yang umumnya sudah bisa dibaca dengan jelas visi, misi, dan harapannya. Selain itu, apa yang akan dilakukan di masa-masa mendatang di era kepemimpinan sebagai wakil Kristus di dunia nyata (Vicarius Christi dalam bahasa Latin).
Seberapa Banyak dari Italia?
Lalu, seberapa banyak Paus dari Italia? Sepanjang peradaban manusia hanya ada dua Paus berstatus bukan Kardinal Italia. Bahkan, hanya satu yang tidak ada akar sejarah atau keturunan Italia, yakni Paus Yohanes Paulus II.
Paus Yohanes Paulus II yang pernah mengunjungi Indonesia itu merupakan Kardinal Argentina. Paus ini secara tidak langsung melawan Rusia -- tidak dalam arti militer atau fisik --, tetapi ia aktif melawan penindasan ideologis dan politik komunisme Soviet, termasuk pengaruh Uni Soviet di Polandia yang saat itu menjadi satelit USSR.
Paus yang nama aslinya adalah Karol Józef Wojtyła di masa muda hidup di bawah penjajahan Nazi Jerman (1939–1945), lalu di bawah rezim komunis pro-Uni Soviet pasca-Perang Dunia II. Bentuk perlawanannya dilakukan melalui Gereja Katolik di Polandia.
Setelah menjadi Uskup dan kemudian Paus (tahun 1978), Yohanes Paulus II menggunakan otoritas moralnya untuk mendukung gerakan perlawanan damai terhadap komunisme, terutama lewat Solidaritas (Solidarność) -- gerakan buruh Polandia yang menuntut kebebasan dan hak asasi manusia. Ia memberi semangat dan keberanian kepada rakyat Polandia melalui kunjungan pastoral dan pidato-pidato berpengaruh yang mengangkat nilai kebebasan dan martabat manusia.
Dalam melawan ideologi komunisme secara global, sebagai Paus, ia menjalin hubungan strategis dengan pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, yang secara ideologis menentang komunisme Soviet. Banyak sejarawan meyakini peran Yohanes Paulus II sangat besar dalam mendorong keruntuhan Blok Timur dan Uni Soviet tahun 1991.
Ia pun menjadi target upaya pembunuhan. Pada 1981, ia ditembak oleh Mehmet Ali Ağca. Beberapa dugaan (meskipun belum terbukti tuntas) hal itu karena pengaruh Paus dianggap ancaman serius bagi kekuasaan komunis.
Sedangkan Paus kedua yang non-Kardinal Italia adalah Paus Fransiskus yang lahir di Argentina dan menjadi Uskup di Negeri Tango yang mayoritas penduduknya beragama Katolik Roma. Namun, kedua orang tua Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio ini berdarah Italia -- keduanya adalah keturunan imigran Italia yang pindah ke Argentina. Antara akhir abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, Argentina menerima jutaan imigran Italia.
Jadi, identitas Paus Fransiskus adalah saat lahir warga negara Argentina, sedangkan secara etnis dan budaya merupakan keturunan Italia. Sedangkan kewarganegaraan Paus yang tahun lalu mengunjungi Indonesia ini sekarang adalah warga negara Kota Vatikan, sejak menjadi Paus pada 2013.
Jadi, dari total 213 Paus yang pernah menjabat, 211 resmi berasal dari Italia. Ini menjadikan Italia sebagai negara dengan jumlah Paus terbanyak sepanjang sejarah Gereja Katolik, tak tertandingi.
Selain dominasi sepanjang masa karena kedekatan geografis dan historis Italia dengan Roma, pusat Gereja Katolik, apa lagi faktornya? Ini antara lain karena jumlah Kardinal dari Italia paling banyak.
Jika Indonesia yang berpenduduk 282,48 juta juta hanya memiliki 1 Kardinal dan AS negara adidaya dengan penduduk 345,43 juta memiliki 10 Kardinal ikut Konklaf (terbanyak kedua), berapa yang dimiliki Italia? Negeri yang terkenal dengan julukan Lo Stivale (sepatu bot) ini punya 17 Kardinal aktif atau terbanyak di hajatan pemilihan pemimpin terbesar di muka Bumi. (pd)

