Khidmat Pemakaman Paus ‘Dinodai’ Pertemuan Politik Pemimpin Negara dengan Trump
VATIKAN, Investortrust.id — Para pemimpin dunia berkumpul di Lapangan Santo Petrus pada hari Sabtu (26/4/2025) untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus. Namun di tengah khidmat ‘upacara perpisahan’ dengan pemimpin Katolik dunia, sejumlah pemimpin negara-negara memanfaatkannyauntuk menggelar diplomasi spontan.
Upacara pemakaman Paus Fransiskus memang dihadiri oleh sejumlah kepala negara, termasuk Presiden RI ke-7 Joko Widodo yang menjadi utusan khusus Presiden Prabowo Subianto. Otoritas Vatikan menyebut sekitar 250.000 orang hadir di upacara pemakaman, yang di antara mereka hadir puluhan kepala negara dan politisi tingkat tinggi.
Namun fokus para pemimpin negara saat memberikan penghormatan terakhir pada Paus Emeritus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Kota Vatikan, terbagi dengan upaya mereka untuk bisa bertemu dengan Presiden AS Donald Trump yang menjadi bintang pada hari ini.
Bisa dipahami, di tengah upaya negosiasi terkait tarif, hingga persoalan perang yang membutuhkan mediasi AS, para pemimpin negara-negara membutuhkan kesempatan untuk bisa bertemu Trump, kapanpun kesempatan itu tersedia.
Maka, khidmatnya upacara penghormatan dan pemakaman Paus Fransiskus berubah di Lapangan Santo Petrus berubah menjadi pusat diplomasi tingkat tinggi.
Tengok saja saat Kardinal Giovanni Battista Re membacakan homili untuk mengenang usaha kemanusiaan dan kerendahan hati Paus Fransiskus sebelum jenazahnya dipindahkan ke basilika kuno untuk dimakamkan, para jurnalis yang berjaga di kolom-kolom Lapangan Santo Petrus justru lebih banyak mengarahkan perhatian mereka pada pergerakan Trump. Mereka memilih fokus untuk memantau setiap pertemuan Trump baik dengan sekutu maupun lawan melalui lensa teropong berakurasi tinggi.
Pernyataan Trump yang menyebut bahwa ia akan menghadiri pemakaman Paus telah mendorong para pemimpin dunia untuk mendapatkan waktu tatap muka.
Baca Juga
Puluhan Ribu Pelayat Berikan Penghormatan Terakhir pada Paus Fransiskus di Vatikan
Salah satu pertemuan spontan yang terpantau media massa adalah saat Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy berhasil meminta waktu Trump untuk bicara empat mata. Pemimpin Ukraina itu kemudian menyebut pertemuan tersebut sebagai pertemuan yang “baik,” menyusul laporan tentang pembicaraan produktif pada hari Jumat antara AS dan Rusia mengenai potensi kesepakatan gencatan senjata setelah lebih dari tiga tahun perang di Ukraina.
Zelenskyy menggambarkan pertemuan itu, yang berlangsung sebelum upacara pemakaman resmi, sebagai momen yang berpotensi “bersejarah” dan mengatakan bahwa pertemuan itu membuka jalan menuju “perdamaian yang dapat diandalkan dan berkelanjutan” di Ukraina.
Kantornya kemudian mengunggah foto dirinya dan Trump duduk berhadapan di dalam nave besar Basilika Santo Petrus, berdiskusi serius.
Sejumlah pemimpin negara-negara Eropa pun sejatinya menginginkan kesempatan pertemuan khusus dengan Trump setelah diberlakukannya tarif 10% atas semua impor AS pada awal April, yang memberikan kesempatan pada mitra dagangnya waktu 90 hari untuk bernegosiasi.
Di sela prosesi, Trump tampak berjabat tangan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Sejauh ini Von der Leyen dikenal dengan gaya kepemimpinan yang imperius dan teknokratis, dan bertolak belakang dengan gaya personal Trump yang blak-blakan.
Von der Leyen disebut-sebut sebagai salah satu pemimpin yang tersisih dari perhatian pemerintahan AS, di tengah upaya Uni Eropa menegosiasikan penurunan tarif impor dari AS. Von der Leyen juga belum pernah berkunjung ke Gedung Putih selama tiga bulan pertama masa jabatan Trump 2.0.
Di sisi lain, sejumlah media Italia berspekulasi bahwa Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang secara ideologis bersimpati kepada presiden AS dan telah berkunjung ke Gedung Putih, akan menjadi fasilitator pertemuan antara para pemimpin Uni Eropa dan Trump. Seorang juru bicara Komisi Eropa seperti dikutip Politico mengatakan, setiap kesempatan untuk pertemuan akan "dimanfaatkan."
Baca Juga
Warga AS Dapat Penghormatan Bacakan 'First Reading' di Pemakaman Paus, Siapa Dia?
Nah pertemuan itu ternyata bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, berkat wafatnya Paus Fransiskus. Walaupun hingga kini belum jelas apakah ada hasil konkret dari pertemuan tersebut, karena hanya ada video singkat yang memperlihatkan jabat tangan dan percakapan singkat.
Von der Leyen di platform media sosial X menyiratkan bahwa ia memiliki diksusi yang baik dengan Trump. Juru bicaranya menambahkan dalam postingan terpisah bahwa keduanya sepakat untuk mengadakan pertemuan.
Trump juga tampak berbincang santai dengan para pemimpin Estonia dan Finlandia, yang duduk di sebelahnya di kursi-kursi yang disediakan untuk kepala negara. Sementara itu, Meloni sendiri bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Kier Starmer dan Viktor Orban dari Hongaria.
Seperti yang sudah diduga, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak terlihat hadir, karena ia berisiko ditangkap di Italia akibat adanya surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional yang berbasis di Den Haag.
Peserta lain yang menarik perhatian termasuk Julian Assange, peretas asal Australia di balik platform yang membocorkan banyak rahasia global terkenal Wikileaks. Assange dibebaskan dari penjara tahun lalu melalui perjanjian pembelaan.
Hari itu bukan hanya ajang adu kekuatan duniawi, tetapi juga ajang manuver kekuasaan spiritual, karena para kardinal dunia berkumpul hanya beberapa pekan sebelum mereka memulai konklaf, pertemuan rahasia yang akan menentukan siapa paus berikutnya.
Kabarnya jelang konklaf juga sudah mulai terlihat perbedaan tajam di antara berbagai faksi dalam Gereja. (dari berbagai sumber/Politico)

