Indonesia Masih Seksi di Mata Asing! Ini 3 Alasan Utama Menurut Chatib Basri
JAKARTA, investortrust.id - Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri menjelaskan, Indonesia masih menarik bagi investor asing karena dapat membuktikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 sebesar 4,89% secara tahunan.
“Jika Anda seorang investor dan sedang mencari imbal hasil yang relatif, Indonesia masih menjadi negara menarik untuk berinvestasi,” kata Chatib, dalam tayangan "DBS Asian Insights Conference" di Jakarta, dikutip Kamis (22/5/2025).
Rasa optimistis Chatib muncul karena pertama, imbas perang dagang yang membuat China akan mengubah basis produksinya ke Asia Tenggara. Vietnam dan Indonesia menjadi dua negara yang berpotensi mendapat limpahan relokasi produksi tersebut.
Baca Juga
“Namun, menurut saya, surplus perdagangan Vietnam dengan Amerika Serikat (AS) sekitar US$ 120 miliar, sedangkan Indonesia hanya US$ 19 miliar,” kata dia.
Dengan surplus yang tak terlalu besar, Chatib mengatakan, langkah untuk menyelesaikan persoalan neraca perdagangan dengan AS tak terlalu rumit. Sementara, bagi Vietnam selisih dari neraca perdagangan ini membuat mereka harus meningkatkan impor komoditas AS sebesar 11-12 kali lipat.
“Saya melihat potensi relokasi dari China ke Indonesia, asalkan pemerintah menerapkan deregulasi ekonomi,” kata dia.
Kedua, menurut Chatib AS tak akan menerapkan tarif resiprokal bagi negara mitra dagang. Sebab, tarif resiprokal yang diterapkan akan meningkatkan risiko inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dengan kondisi semacam itu, posisi The Fed untuk membuat keputusan akan semakin rumit karena probabilitas resesi akan meningkat.
Ketiga, dari dalam negeri. Chatib melihat potensi Bank Indonesia (BI) dalam memangkas BI rate. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Rabu (21/5/2025), BI memangkas BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,5%. Dengan pemangkasan ini, suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi 4,75% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Baca Juga
Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% hingga 5,8% pada 2026, Realistis atau Ambisius?
“Masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga,” ucap dia.
Dua faktor utama yang menjadi alasan ruang penurunan tersebut yaitu, penurunan suku bunga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, penurunan BI rate dilakukan seiring menguatnya nilai tukar rupiah.
Kedua, tekanan inflasi yang masih rendah. “Jadi saya melihat ada ruang untuk itu, karena inflasi kita saat ini kurang dari 3%” ujar dia.

