Cari Blok Migas Jumbo, Chevron Disodorkan Bali dan Timur Indonesia dengan Potensi "Segini"
TANGERANG, investortrust,id - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto berencana menawarkan blok minyak dan gas bumi (migas) di kawasan Bali dan Indonesia timur kepada Chevron, perusahaan energi asal Amerika Serikat (AS).
“Kami akan menawarkan potensi di Bali, misalnya kan. Terus di daerah lain, di timur yang potensinya cukup besar,” ucap Djoko di sela-sela IPA Convention & Exhibition, Tangerang, Banten, dikutip Rabu (21/5/025) dilansir Antara.
Baca Juga
SKK Migas: 40 Investor Baru Minati Indonesia Bidik 64 Cekuangan
Djoko menjelaskan bahwa potensi besar yang dimaksud, yakni memiliki cadangan 15 trillion cubic feet (TCF), atau lebih tinggi.
Tawaran tersebut merespons munculnya minat Chevron untuk kembali berinvestasi di industri hulu migas Indonesia. Djoko menyampaikan bahwa Chevron datang ke Indonesia untuk mencari blok-blok migas raksasa. “Mereka ingin cari yang besar-besar supaya sekalian, potensinya besar, investasi besar, dapatnya juga besar,” kata Djoko.
Terkait data blok migas dari pemerintah, Djoko menyampaikan bahwa Chevron baru melakukan diskusi awal dan akan dipelajari lebih lanjut. Apabila Chevron sudah masuk ke Indonesia, mereka akan fokus melakukan eksplorasi. “Mereka masih mencari, mengevaluasi, melihat mana yang Indonesia bisa berikan, potensi-potensi yang cukup besar, karena ini (eksplorasi) high risk,” tuturnya.
Sebelumnya, Djoko menyampaikan ada 25 perusahaan migas, termasuk Shell, Chevron, hingga TotalEnergies, yang tertarik mengeksplorasi potensi industri hulu migas Indonesia.
Baca Juga
Shell, Chevron, hingga Total 'Comeback'! 25 Raksasa Migas Rebutan Eksplorasi Blok Indonesia
Dalam rangka memfasilitasi perusahaan-perusahaan migas yang tertarik dengan industri hulu, Djoko menyampaikan pemerintah sudah menyediakan data industri hulu migas yang lebih baik, fiscal term atau ketentuan fiskal hulu migas yang fleksibel, serta kemudahan perizinan. Selain itu, Indonesia meningkatkan konektivitas data dan memiliki aturan soal keterbukaan data.
Ketertarikan dari berbagai perusahaan migas tersebut selaras dengan Pemerintah Indonesia yang menawarkan 60 blok minyak dan gas baru untuk dieksplorasi pada 2025 hingga 2027. Langkah tersebut ditempuh dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi minyak guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.

