Lapangan Forel-Terubuk di Natuna Diresmikan, Produksi Minyak 1 Juta BOPD Bukan Mimpi
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia optimistis dalam beberapa tahun ke depan lifting minyak nasional bakal meningkat hingga 800.000 barrel oil per day (BOPD) dan gas bumi mengalami surplus.
Hal itu disampaikan Bahlil dalam acara peresmian lapangan produksi minyak dan gas bumi (migas) Forel dan Terebuk yang merupakan bagian dari wilayah kerja (WK) South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau, Jumat (16/5/2025).
Baca Juga
Resmikan Produksi Perdana Lapangan Minyak di Natuna, Prabowo: Tonggak Swasembada Energi
Bahlil menerangkan, lapangan ini akan memberikan tambahan produksi minyak 20.000 BOPD dan gas 60 million standard cubic feet per day (MMSCFD). Menurut dia, dengan tambahan dari ENI yang akan mulai berproduksi pada 2027-2028, maka produksi minyak bisa mencapai 800.000 BOPD pada 2028.
“Jadi target kita dengan kalkulasi yang ada untuk 2028-2029 itu minimal 800.000, 900.000, sampai 1 juta BOPD. Selain 20.000 BOPD, ada juga produksi gas sebesar 60 MMSCFD dari blok ini. Maka kalau 2026, 2027, 2028 gas kita insyaallah surplus,” kata Bahlil dalam acara peresmian, Jumat (16/5/2025).
Menurut Bahlil, Presiden Prabowo Subianto menargetkan penambahan lifting minyak hingga 900.000 BOPD pada 2029. Sementara itu, saat ini rata-rata lifting minyak baru di angka 580.000 BOPD.
Target lifting migas dalam APBN 2025 adalah 1,61 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Ini mencakup target lifting minyak bumi sebesar 605.000 barel oil per day (BOPD) dan lifting gas bumi sebesar 1,005 juta BOEPD.
Lapangan Forel dan Terubuk yang baru saja diresmikan ini terletak di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau. Lapangan ini dioperasikan Medco E&P Natuna Ltd, anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Baca Juga
Prabowo Resmikan Produksi Perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk
Terkait peresmian dua lapangan produksi migas tersebut, Bahlil menyebut bahwa nilai investasinya mencapai US$ 600 juta. Tidak hanya itu, lapangan migas ini juga menciptakan sekitar 2.300 lapangan pekerjaan pada masa kontruksi.
“Proyek ini mempunyai nilai strategis karena yang punya adalah anak kandung daripada Republik Indonesia, pekerjanya juga semua anak-anak negara Republik Indonesia, termasuk kapal FPSO-nya (floating production, storage, and offloading) pertama juga adalah buatan 100% TKDN (tingkat komponen dalam negeri) Indonesia. Jadi semuanya adalah anak-anak dari Republik,” ucap Bahlil.

