Danantara Tengah Me-review 888 Entitas BUMN untuk Diciutkan Jadi 200
JAKARTA, investortrust.id – Manajemen Danantara sedang mengkaji ulang (fundamental business review) seluruh BUMN serta anak dan cucu perusahaan yang berjumlah 888 entitas, untuk diciutkan dengan dimerger atau konsolidasi menjadi kurang dari 200 perusahaan. Revolusi pengelolaan BUMN ini bertujuan agar BUMN hasil konsolidasi memiliki skala bisnis jauh lebih besar.
CEO PT Danantara Asset Management yang juga Chief Operation Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menegaskan, pihaknya tengah melakukan perubahan siginifikan, bahkan bisa disebut sebagai revolusi pengelolaan BUMN. Ada empat tahapan yang dilakukan selama kurun waktu hingga empat tahun ke depan.
Pertama, Danantara sedang melakukan fundamental business review terhadap 888 perusahaan yang ada di dalam BUMN berikut anak-cucu perusahaan. Dony melihat selama ini model BUMN adalah konglomerasi dan kerap tidak tersambung satu sama lain. Dia menyebut Pertamina memiliki 260 perusahaan, Telkom 200 perusahaan, tapi mereka tidak tersambung satu sama lain.
“Nah sekarang pemiliknya adalah satu yaitu holding, sehingga kita dengan mudah melakukan corporate action untuk memperkuat BUMN yang ada. Kita sedang lakukan fundamental business review untuk melihat satu persatu perusahaan-perusahaan yang 888 itu,” kata Dony.
Di tahap ini Danantara akan melihat analisis industrialnya, apakah secara industri perusahaan masih mampu tumbuh atau tidak.
Tahap kedua adalah analisis kompetitor. Siapa saja kompetitornya dan berapa besar pangsa pasar BUMN tersebut. “Kita lakukan internal assessment, kita lihat kemampuan dan kapabilitas organisasionalnya, kemudian kita masukkan ke dalam matriks. Matriksnya berdasarkan industri,” kata Dony.
Sebagai ilustrasi, Dony menunjuk BUMN sektor logistik tercatat lebih dari 16 perusahaan tetapi skalanya kecil, seperti Angkasa Pura logistik, Kereta Api Logistik, Pelindo Logistik, tapi skalanya nya kecil-kecil. Demikian pula, ada lebih dari 15 BUMN di bidang asuransi.
Semuanya nanti dikonsolidasikan. Misalnya, kata Dony, nanti 16 perusahaan logistik itu dimerger menjadi satu perusahaan logistik yang kuat. Kemudian di sektor asuransi, cukup tiga perusahaan asuransi umum, asuransi jiwa, dan asuransi kredit.
“Semua akan kita konsolidasi sehingga dari 888 itu akan jadi kurang dari 200 perusahaan yang skalanya besar-besar. Setalah itu kita lakukan streamlining business process. Kita akan meredesain hasil penggabungan ini, kita lihat revenue stream-nya, revenue parameternya, organisasinya, kita desain juga roadmap perusahaan ini,” lanjut Dony Oskaria.
Tahapan terakhir adalah melakukan recreation perusahaan. Pada tahun ketiga atau keempat akan banyak perusahaan yang melakukan penawaran perdana (IPO) saham. Danantara ingin melihat mana dari hasil konsolidasi 200 perusahaan itu yang yang diprivatisasi dan mana yang tetap berada dalam kendali penuh Danantara.
“Itu adalah revolusi pengelolaan BUMN, yang core-nya sudah dicita-citakan dari zamannya Pak Tanri Abeng (eks Menteri BUMN), juga zamannya Pak Pahala Mansury (eks Wakil Menteri BUMN,” ujar Dony.
Baca Juga
Dony Oskaria: Bakal Banyak Perusahaan BUMN Listing di Bursa pada Tahun Ketiga Danantara
Kadin Mitra Strategis
Pada kesempatan ini, Dony menegaskan bahwa anak-anak dan cucu BUMN yang skalanya kecil-kecil akan hilang, seperti anak perusahaan yang bergerak di bisnis catering, air minum, percetakan, dan sebagainya.
Selain itu, BUMN memiliki sekitar 130 hotel. Semua akan dikonsolidasikan dalam satu perusahaan. Nanti Kadin bisa berpartner untuk menjadi suplier.
Dalam konteks itu, Danantara akan mengajak Kadin sebagai mitra strategis Danantara. “Nanti akan ada semacam MoU atau kerja sama antara Danantara dan Kadin. Tidak mungkin Dananatara melakukan sendiri dan harus berpartner dengan para pengusaha-pengusaha Indonesia anggota Kadin,” kata Dony.
Karena itu, Dony berharap ada tindak lanjut pertemuan ini agar ada kesepakatan (MoU) antara Kadin dan Danantara, bagaimana menjadi sebuah partnership yang kuat.
Baca Juga
Penyehatan BUMN Sakit
Dony lebih lanjut membahas tentang penyehatan BUMN yang sakit. Dia contohkan GMF (Garuda Maintenance Facility), yang dulu sulit disehatkan, kini dengan mudah dilakukan dengan desain yang berbeda. Ekuitas GMF negatif dan arus kasnya oke, kini mudah untuk dibuat positif.
Contoh lain adalah Citilink yang memiliki utang ke Pertamina, akan dilakukan debt-to-equity swap. Pertamina akan memiliki saham di Citilink. Kemudian Danantara menginjeksikan dana ke Pelita Air Service milik Pertamina.
“Setelah itu saya akan tarik penempatan saya sebesar total itu dari Pertamina. Saya pindahkan ke Garuda. Garudanya jadi positif, dia memiliki Pelita, dia memiliki Citilink. Jadi sangat mudah ketiga-tiganya langsung positif equitasnya. Makanya saya bilang bahwa ini adalah revolusi di dalam pengelolaan BUMN,” kata Dony.

