Industri Percetakan dan Pengemasan Tidak Akan Terdampak Teknologi AI
JAKARTA, investortrust.id - Ketua Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) Herman Pratomo meyakini industri percetakan dan pengemasan di Indonesia tidak akan terdampak dan tergantikan dengan adanya kecanggihan teknologi yang ada saat ini, salah satunya adalah kehadiran Artificial Intelligence (AI).
Ia menjelaskan, kecanggihan teknologi AI dapat digunakan sebagai pendukung dari industri percetakan dan pengemasan. Pasalnya, Herman mengatakan, teknologi tersebut tidak dapat mengubah sebuah produk yang tetap memerlukan dicetak dan dikemas.
“Produknya kan tetap. Karena kalau misalkan kita mau beli makanan, seperti pizza, enggak bisa dibungkus pakai air atau apa, harus pakai barang cetakan,” ucapnya saat konferensi pers di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Baca Juga
Pemanfaatan Kian Masif, Indonesia Dinilai Butuh Undang-Undang Artificial Intelligence
Lebih lanjut, kemajuan pertumbuhan industri percetakan dan pengemasan paling saat ini berjalan beringinan dengan industri makanan dan minuman. Hal tersebut dikarenakan hampir seluruh produk makanan dan minuman memerlukan industri percetakan dan pengemasan.
“Ini tumbuh. Kedua sektor ini tidak pernah turun. Bahkan, macamnya lebih meluas, karena ini industri kuliner ini termasuk industri kreatif juga. Semua berlomba-lomba untuk memberikan rasa dan nuansa yang berbeda,” terangnya.
Untuk mendukung pertumbuhan di industri percetakan dan pengemasan tersebut, Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI) dan PT. Pelita Promo Internusa menggelar pameran Global Printing & Packaging Expo (GPPE) 2025 pada pada 8-11 Mei 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Dengan adanya pameran tersebut, Ketua Teknis ATGMI Clay Wala belum bisa mengungkapkan target jumlah transaksi yang akan dikumpulkan oleh pihaknya. Hal tersebut dikarenakan transaksi biasanya dilakukan tidak langsung pada pameran itu, melainkan melalui business-to-business (B2B).
“Karena penjualannya memang kalau printing, ada transaksi on-site, banyak. Tapi juga transaksi setelah event terus langsung.
Karena orang enggak langsung beli, kalau mesinnya baru di bawah 100 juta mungkin dia bisa decide, tapi kalau mesinnya harganya sampai yang ratusan juta pemilihanan, tentu enggak langsung di on-site,” paparnya.

