Jadi Kunci Kemakmuran, Gibran Ungkap Potensi Hilirisasi 28 Komoditas Capai Rp 13.000 Triliun
JAKARTA, investortrust.id - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menegaskan kebijakan hilirisasi yang sedang dijalankan pemerintah menjadi kunci kemakamuran Indonesia. Gibran menyatakan, hilirisasi seusai dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang mengamanatkan bumi, dan air, dan kekayaan alam yang tergandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
"Ini adalah arah yang saat ini sedang Indonesia tempuh dan Bapak Presiden Prabowo secara tegas menyampaikan bahwa hilirisasi itu kunci kemakmuran dan harus dilakukan di semua komoditas unggulan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," kata Gibran dikutip dari kanal Youtube Gibran TV dikutip Minggu (26/4/2025).
Baca Juga
MIND ID dan TINS Dorong Hilirisasi Mineral Lewat Proyek 'Rare Earth'
Gibran mengatakan, pemerintah sudah memetakan 28 komoditas unggulan dari delapan sektor utama yang akan didorong untuk hilirisasi. Gibran meyakini hilirisasi 28 komoditas itu berpotensi memberikan nilai ekspor mencapai Rp 13.000 triliun pada 2040.
"Pemerintah sudah memetakan 28 komoditas unggulan yang potensinya bisa mencapai lebih dari Rp 13.000 triliun di tahun 2040. Satgas percepatan hilirisasi juga dibentuk tahun ini," katanya.
Pemerintah juga terus menggencarkan investasi untuk hilirisasi. Pada 2024, realisasi investasi untuk hilirisasi mencapai Rp 407 triliun.
"Hampir seperempat dari total investasi nasional. Karena untuk mewujudkan hilirisasi kita butuh investasi dan teknologi," katanya.
Dikatakan, percepatan hilirisasi ini harus diimbangi dengan peningkatan skill angkatan kerja. Gibran mengatakan, Indonesia membutuhkan anak bangsa yang ahli dan terampil di bidang sains, teknologi, engineering, matematika, dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mengisi posisi-posisi strategis dalam industri ini. Untuk itu, pendidikan dan vokasi terus dikembangkan.
"Apalagi Indonesia akan mendapatkan bonus demografi, sehingga ini semua akan jadi langkah besar dalam membuka lapangan kerja," katanya.
Dipaparkan Gibran, Indonesia dianugerahi sumber daya alam yang luar biasa. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Cadangan timah Indonesia terbesar kedua di dunia. Selain itu, Indonesia merupakan penghasil rumput laut terbesar kedua dunia.
"Tapi nyatanya sekedar kaya saja ternyata tidak cukup. Karena yang menjadi tantangan justru bagaimana mengolah kekayaan alam ini agar punya nilai tambah maksimal bagi masyarakat," paparnya.
Indonesia, kata Gibran sempat menjadi eksportir biji bauksit terbesar ketiga dunia. Namun, Indonesia hanya menempati urutan ke-31 sebagai pengekspor panel surya. Padahal, katanya, bauksit yang diolah menjadi panel surya nilainya bertambah 194 kali lipat.
"Besar sekali. Tetapi hilirisasi tidak melulu hanya soal batubara atau minerba. Hilirisasi bisa dilakukan di sektor lain. Pertanian, kelautan, perkebunan, bahkan digital. Untuk hilirisasi digital nanti kita bahas secara khusus di lain waktu," katanya.
Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan, inti dari hilirisasi adalah pengolahan yang menghasilkan nilai tambah. Secara sederhana, Gibran menjelaskan harga teh saat masih berbentuk daun basah akan jauh berbeda dengan teh yang sudah dikeringkan, di-packing, dan sudah diolah menjadi teh dengan aroma tertentu.
"Sehingga selain mendapatkan keuntungan dari harga jual, dengan melakukan pengolahan kita juga bisa membuka lapangan kerja, memberdayakan UMKM, mengeliatkan ekonomi, dan mendapatkan pemasukan negara dari pajak, royalti, PNPB, dividen, maupun bea ekspor," jelasnya.
Hal itu yang telah dilakukan negara lain, termasuk negara yang tidak memiliki sumber daya alam. Negara-negara tersebut mengimpor bahan mentah, diolah, kemudian diekspor lagi, termasuk ke negara asal sumber daya alam itu sendiri.
"Lalu nilai tambahnya ke mana? Uangnya yang dapat siapa? Lapangan kerjanya siapa yang menikmati? Ya, negara yang mengolah itu," katanya.
Baca Juga
Anindya Bakrie: Ekspor Stainless Steel Catatkan Surplus ke China Jadi Sinyal Suksesnya Hilirisasi
Ditekankan Gibran, hilirisasi bukan hanya mengenai membangun pabrik. Hilirisasi bukan hanya milik pengusaha elite. Lebih dari itu, katanya, hilirisasi itu soal keadilan dan masa depan.
"Karena hilirisasi yang ingin kita lakukan adalah hilirisasi yang berkeadilan, yang melibatkan petani, peternak, nelayan, UMKM, masyarakat, dan tentunya anak muda," katanya.
Gibran meyakini, petani bisa mendapatkan harga yang lebih baik jika hilirisasi berjalan maksimal. Para petani tidak perlu khawatir dengan harga yang anjlok saat panen karena adanya industri pengolahan yang siap menampung hasil panen. UMKM juga dapat lebih maju karena bekerja sama dengan industri pengolahan yang lebih besar.
"Ekonomi sekitar jadi lebih menggeliat karena lapangan kerja terbuka, tenaga kerja terserap, sehingga daya beli meningkat," ungkapnya.
Tak hanya itu, daerah juga memiliki sumber pendapatan baru, yang nantinya bisa dialokasikan untuk membangun jalan, memperbaiki fasilitas kesehatan, dan lainnya. Gibran mengakui terdapat sejumlah tantangan. Perubahan pasti membutuhkan kalibrasi.
"Tetapi, dengan optimisme, kerja keras, lompatan kecil dari masing-masing kita, suatu saat akan menjadi langkah besar bersama yang membawa kemajuan bagi bangsa," katanya.

