Wamendag: Indonesia Tetap Akan Jaga Hubungan Baik dengan Negara Mitra Dagang Lain
JAKARTA, investortrust.id - Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya mengatakan Indonesia akan tetap menjaga hubungan perdagangan dengan mitra dagang lain selain Amerika Serikat (AS). Salah satu yang negara mitra dagang utama yang dijaga posisinya yaitu China.
“Kita punya hubungan yang dekat dengan China. Ini merupakan salah satu mitra dagang terbesar kita juga,” kata Roro, saat diskusi di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Roro mengatakan menjaga hubungan baik di tengah dua negara yang sedang berseteru, AS dan China, tidak mudah. Untuk itu, dia berhadap bantuan dan koordinasi dengan lintas sektor usaha dan asosiasi bisnis.
Meski demikian, Roro mengatakan terdapat peluang dari kondisi global yang tak menentu ini. Salah satunya, upaya memperluas pasar perdagangan Indonesia. Termasuk dengan negara-negara yang bukan menjadi mitra dagang utama Indonesia yang berada di kawasan Afrika dan Timur Tengah, serta Australia dan Korea Selatan.
“Tapi, kami melihat ada potensi yang bisa kita gali untuk market tersebut,” ucap dia.
Baca Juga
Menko Perekonomian: Tawaran Skema Perdagangan Indonesia-AS Pertimbangkan 5 Manfaat
Roro menyebut, pemerintah Indonesia saat ini telah memiliki 21 perjanjian dagang dengan negara mitra. Sementara, proses negosiasi juga dilakukan untuk merampungkan 16 perjanjian dagang lain.
Terdapat tiga perjanjian dagang yang menjadi fokus Kementerian Perdagangan saat ini. Pertama, perjanjian dagang Indonesia dengan Kanada.
Roro menjelaskan perjanjian dagang ini sedang dikebut penyelesaiannya karena Kanada memiliki penduduk 41,2 juta jiwa dan proyeksi PDB sekitar US$ 2.200 triliun. Beberapa produk yang memiliki potensi ekspor ke Kanada yaitu makanan laut hingga komoditas pertanian.
“Ada beberapa produk unggulan yang kemudian kita bisa gaungkan, termasuk produk-produk bersertifikat halal,” ujar dia.
Target kedua, kata Roro, yaitu Peru. Menurutnya, perjanjian dagang Indonesia dengan Peru secara substansi sudah selesai. Meski begitu, butuh waktu untuk menfinalisasi perjanjian dagang ini.
“Ini (Peru) merupakan pintu masuk kita di wilayah Amerika Latin dan ternyata ini pasar yang menarik,” kata dia.
Produk Indonesia yang bisa dibawa ke Peru antara lain kelapa sawit, karet, farmasi, makanan olahan, tekstil, dan fashion.
Baca Juga
China Pertimbangkan Pengecualian Tarif Beberapa Barang Impor dari AS
Target ketiga, menurut Roro adalah mempercepat perundingan dagang dengan Uni Eropa. Perjanjian dagang Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) ini telah berlangsung sejak 2016 dan belum selesai hingga saat ini.
Roro menegaskan secara hubungan politik, kedua negara telah sepakat secara politik. Namun, perjanjian belum selesai karena belum menyentuh aspek substansial.
“Indonesia bisa memperluas potensi ekspor untuk furnitur, tekstil, dan teknologi energi terbarukan. Jadi memang kita punya pasar sustainable di Uni Eropa,” kata dia.
Roro menyatakan Indonesia juga memiliki rencana perjanjian dagang dengan Iran dan Tunisia. Salah satu progres yang tidak kalah penting yaitu aksesi ke Comprehensive and Progressive Agreement for Trans Pacific Partnershi (CPTPP).
“Dan juga BRICS plus. Ini menguasai sebesar 45% dari populasi dunia dan 41,4% PDB global, serta 28% dari perdagangan dunia,” kata dia.

