Refleksi Hari Buruh
Oleh Didik J Rachbini,
Ekonom Indef/Rektor Universitas Paramadina
INVESTORTRUST.ID - Kehidupan, perbuatan, kegiatan manusia pada dasarnya berpegang pada prinsip universal keseimbangan. Dalam prinsip universal keseimbangan ini, makna refleksi Hari Buruh harus berpegang pada keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan.
Melawan prinsip keseimbangan ini berarti merusak tatanan sistem ekonomi, produksi, dan manajemen korporasi. Dunia usaha perlu mendapat hasil yang produktif dari para pekerjanya agar perusahaan dapat berjalan sinambung.
Sebaliknya, kesejahteraan buruh atau pekerja adalah nilai dasar yang harus diwujudkan. Kesejahteraan merupakan tujuan utama umat manusia, tetapi itu tidak dapat dicapai tanpa bekerja produktif.
Baca Juga
Hari Buruh bukan sekadar peringatan tahunan, tetapi momentum untuk merefleksikan kembali hubungan antara dunia kerja dan kesejahteraan pekerja. Hubungan tersebut prinsipnya adalah keseimbangan. Buruh bukan sekadar roda penggerak ekonomi, melainkan subjek utama pembangunan.
Oleh karena itu, memperingati Hari Buruh harus menjadi ajang meneguhkan komitmen untuk menciptakan ekosistem kerja yang produktif sekaligus manusiawi.
Di tengah persaingan global yang ketat, produktivitas menjadi kunci keberhasilan perusahaan. Namun, produktivitas tidak boleh hanya dilihat dari sisi output semata. Ia harus lahir dari proses kerja yang sehat, adil, dan memanusiakan pekerja.
Pekerja yang sehat secara fisik dan mental, yang dihargai kontribusinya, akan memiliki semangat dan motivasi lebih besar dalam meningkatkan performa kerja. Karena itu, buruh harus mendapat perlindungan dan kepastian akan hak dasarnya.
Baca Juga
Sivitas Akademika Universitas Paramadina Serukan DPR dan Pemerintah Laksanakan Putusan MK
Masih banyak pekerja yang belum menikmati hak-haknya secara penuh: upah layak, perlindungan hukum, dan kepastian kerja. Negara dan perusahaan harus menjadikan perlindungan buruh sebagai fondasi keberlanjutan ekonomi. Perlindungan bukan beban, tetapi investasi jangka panjang yang menciptakan stabilitas dan loyalitas di tempat kerja.
Negara sudah memulai membangun sistem asuransi kesehatan dan ketenagakerjaan, yang sudah berjalan cukup baik pada tingkat nasional, meskipun masih ada kelemahan. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian —baik karena krisis ekonomi maupun disrupsi teknologi— keberadaan sistem jaminan sosial yang inklusif menjadi sangat penting. Ini bukan hanya soal perlindungan, tetapi juga soal keadilan dan solidaritas sosial.
Pada tingkat perusahaan perlu dibangun lingkungan kerja yang aman dan nyaman. Tempat kerja yang bebas dari kekerasan, diskriminasi, dan tekanan psikologis merupakan syarat mutlak untuk mendukung produktivitas.
Baca Juga
Didik Rachbini: Kampus Menyuarakan Demokrasi dari Hati Nurani
Ruang kerja yang sehat secara fisik dan mental akan mendorong lahirnya inovasi, loyalitas, dan kerja sama tim yang kuat. Budaya kerja yang menghargai keberagaman, inklusif, dan berlandaskan nilai kemanusiaan adalah kunci menciptakan suasana kerja yang positif.
Tidak ada pembangunan ekonomi yang sukses tanpa buruh yang sejahtera, produktif dan inovatif. Karena itu, menyejahterakan buruh dan menjadikan produktif merupakan landasan pembangunan ekonomi. Jika buruh sejahtera, maka hampir seluruh rakyat sejahtera.
Selamat hari buruh!

