Seni Pertunjukan Budaya Lokal, Strategi untuk Topang Jakarta Sebagai Pusat Bisnis
JAKARTA, investortrust.id - Di tengah hiruk pikuk DKI Jakarta, seni budaya lokal kerap tersisih. Berbagai tradisi budaya hanya menjadi pertunjukan jalanan.
Festival Chairman of IndoFringe Sachin Gopalan menyebut diperlukan upaya sinergi antara kreativitas budaya dan strategi marketing untuk memperkuat ekosistem Jakarta. Sebab, budaya pertunjukan memiliki peran yang lebih efektif untuk memperkenalkan keberadaan suatu kota.
“Jadi, pertunjukkan seni sangat penting untuk kita agar bisa merasakan dan mendapat pengalaman tentang budaya itu,” kata Sachin usai menghadiri Mark Plus the 13th Annual Jakarta Marketing Week 2025, di Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (21/5/2025).
Sachin menjelaskan budaya yang berkembang di suatu kota bukan hanya mengenai adat istiadat semata. Lebih dari itu, terdapat produk budaya seperti kuliner dan pertunjukan seni.
Menurutnya, dua hal inilah yang perlu dipamerkan agar khalayak mengetahui apa itu budayanya. “Bukan hanya untuk orang luar, tapi juga untuk orang yang ada di dalam budaya tersebut karena kadang-kadang kita sendiri lupa kulturnya seperti apa,” ucap dia.
Di era globalisasi ini, kata Sachin, terdapat akulturasi budaya yang kerap membuat kebingungan terhadap pemahaman budaya. Untuk itu, kegiatan pertunjukkan budaya perlu terus ditampilkan dalam setiap acara.
“Dan itu yang bisa dibantu oleh IndoFringe. Sebab, di IndoFringe, anak muda ini bisa menjalankan kegiatan sesuai dengan budaya mereka masing-masing,” ujar dia.
Sachin menyadari, Jakarta menjadi melting pot berbagai kebudayaan. Untuk itu, dia berharap budaya Betawi juga dapat terus eksis dan tampil di kota ini.
“Kita harus secara reguler, setiap pekan atau setiap bulan harus ada festival yang besar. Bisa juga kita undang negara-negara lain tampil di situ agar orang-orang bisa tahu apa budaya Indonesia,” kata dia.
Baca Juga
Luncurkan IndoFringe@Sekolah Tahun 2024, Menparekraf Bidik Rekor Dunia
Selain tampil di Jakarta, Sachin juga berharap budaya Betawi bisa ditampilkan di wilayah lainnya. “Penting juga budaya Betawi bisa tampil di kota lain juga. Kalau kita ke Bandung, kita ke Yogya, ke Kalimantan atau kota lainnya, bagaimana bisa budaya Betawi tampil di sana,” kata dia.
Melihat potensi tersebut, Sachin berharap kerja sama lintas sektor, lembaga budaya, yayasan, dan komunitas budaya untuk saling bertukar produk budayanya. Tetapi, yang lebih penting yaitu pemahamanan terhadap DNA atau filososi budaya tersebut tetap dipahami.
Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta Budya Pryanto mengatakan menuju kota global, Jakarta perlu tetap mempertahankan budaya Betawi sebagai identitasnya. Meski nantinya, Jakarta akan fokus menjadi pusat perekonomian dan bisnis.
“Goal-nya adalah kota global yang berakar sejarah, budaya, dan inovasi. Yaitu berupaya mempertahankan Jakarta sebagai pusat budaya dan ekonomi Indonesia, yang menarik wisatawan dan investor internasional,” kata Budya.
Dengan tujuan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus mengupayakan memposisikan setara dengan kota-kota besar dunia lainnya. “Saat ini City Global Index menempatkan Jakarta di posisi ke-74. Kita terus mengupayakan posisinya naik,” jelas dia.
Budya mengatakan selama lima tahun terakhir pengalaman terhadap budaya yang ada di Jakarta mengalami kenaikan. Ini menjadi sinyal positif bagi pemerintah provinsi Jakarta untuk membawa peran budaya dalam pengembangan ekosistem bisnis dan ekonomi.
“Dengan tidak melupakan sejarah Jakarta, sebagai budaya Betawi, sejarah Jakarta dibangun untuk apa,” ucap dia.

