"Wong Tekun Bakal Tekan"
JAKARTA, investortrust.id - Is Heriyanto adalah contoh pengusaha sukses yang menjalani karier dari bawah, benar-benar dari bawah. Seperti manapaki anak tangga lingkar, ia maju perlahan-lahan, menitinya satu per satu, berputar-putar, hingga mencapai puncak.
Sempat menjadi “asisten” tukang bakso yang setiap hari mendorong gerobak bakso sejauh 4 km pulang pergi dan menjadi pelayan di rumah makan, Is berhasil menekuni karier di bidang pemasaran, sampai akhirnya menjadi chief executive officer (CEO).
Tak hanya menjadi CEO, pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah, 24 Oktober 1979 itu kini menjadi salah satu pemilik perusahaan yang dipimpinnya, PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT).
Is Heriyanto juga turut mengantarkan perusahaan yang bergerak di bidang maklun herbal, kosmetik, serta minuman fungsional dan botanikal itu melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 13 Januari 2025.
Benar, Is adalah potret entrepreneur yang berhasil meraih mimpi berkat ketekunan. “Wong tekun bakal tekan,” kata Is Heriyanto, mengungkapkan filososfi suksesnya kepada jurnalis investortrust.id, Sivana Zahla Putri Ritonga dan Abdul Aziz, baru-baru ini.
Is mengasosiasikan seseorang yang ingin mencapai kesuksesan sebagai musafir dalam sebuah perjalanan. Asalkan tekun (rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh), sang musafir --cepat atau lambat— akan sampai di tempat tujuan.
“Orang tekun itu melakukan sesuatu secara konsisten, fokus, tanpa henti. Walaupun menghadapi rintangan apa pun, kelelahan, dia tidak akan berhenti, tetap berjalan, walaupun pelan,” ujar pria yang selalu tampil bersahaja dan penuh kehangatan tersebut.
Nah, untuk “menekuni” sesuatu, seseorang harus punya goal (tujuan). “Yang penting kita punya goal dulu. Kita tetapkan goal setting-nya. Dari situ baru kita menyusun strateginya supaya sampai,” tutur Is.
Is Heriyanto mengilustrasikan dirinya hendak ke Jakarta, dari Sukoharja. Untuk sampai Jakarta, ia memiliki sejumlah alternatif, yaitu menggunakan transportasi cepat, yang sedang-sedang saja, atau yang lambat, bahkan super lambat.
Jika ingin sampai dalam waktu cepat, Is harus menggunakan pesawat terbang. Jika ingin sedang-sedang saja, ia dapat menggunakan kereta api atau bus. Jika ingin tiba lebih lambat, Is dapat menggunakan sepeda. “Kalau mau super lambat, gunakan transportasi kaki,” ucap ayah empat anak itu.
Tentu saja pilihan-pilihan tersebut mendatangkan konsekuensi berbeda-beda. Ketika memilih pesawat, misalnya, Is harus membeli tiket pesawat seharga Rp 1 juta lebih, dibanding bus yang hanya 300 ribu, sepeda, atau jalan kaki yang tanpa biaya tiket.
“Misalnya berjalan kaki, walaupun super lambat, pasti akan sampai juga kalau melangkah terus. Melangkah, melangkah, melangkah. Sampai juga. Begitulah gambaran orang tekun, ia bakal tekan (sampai di tempat tujuan) asalkan terus melangkah,” papar dia.
Dari berbagai alternatif itu, Is Heriyanto memilih “bus”. “Kenapa saya memilih kecepatan sedang? Kalau sedang, saya bisa mitigasi risiko kanan dan kiri. Kalau naik ‘pesawat’, saya tidak punya kendali,” tegas dia. Berikut penuturan lengkapnya:
Perjalanan karier Anda dimulai dari mana?
Saya lahir dan besar di Sukoharjo, tepatnya di Desa Puron, Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Itu wilayah selatan Solo, lebih ke selatan.
Kalau Wonogiri terkenal dengan baksonya, Solo terkenal dengan Mas Gibran-nya, kalau Sukoharjo Insya Allah akan terkenal dengan Is Haryanto-nya, ha, ha, ha...
Saya menyelesaikan SD di SDN Puron II, kemudian SMP-nya ke luar negeri, maksudnya swasta, he, he, he.. Karena otaknya mungkin pas-pasan, sehingga saya tidak bisa masuk sekolah negeri.
Selanjutnya saya masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dulu namanya Sekolah Teknik Menengah (STM). Swasta juga. Tapi anak STM tempat saya sekolah “lurus-lurus” saja. Tidak ada yang ngerokok, tidak mengonsumsi minuman keras, tidak tawuran.
Anda termasuk siswa berprestasi di sekolah?
Kemampuan belajar atau kemampuan akademik saya biasa-biasa saja. Saya tidak pernah ranking satu, juga tidak pernah menjuarai event karena saya orangnya begini-begini saja.
Setelah lulus SMK tahun 1997, saya ikut kursus sebentar, satu tahun. Di SMK dulu, saya ambil jurusan bangunan, arsitektur. Jadi, saya menyusun RAB (rencana anggaran biaya) dan segala macam terkait dengan bangunan. Saya kursus AutoCAD (computer aided design).
Selesai kursus, saya mencoba keberuntungan, melamar pekerjaan di beberapa tempat. Tapi mentok karena tidak punya "orang dalam".
Saya kemudian dikenalkan oleh om saya kepada seorang notaris. Akhirnya saya bisa bekerja, waktu itu di Lampung, tepatnya di Bandar Jaya. Saya bekerja dinotaris PPAT (pejabat pembuatan akte tanah).
Tugas saya mengurus dokumen, nganter ke Badan Pertanahan Nasional (BPN), balik nama, dokumen ukur, dan segala macam.
Berapa lama Anda di sana?
Ternyata setelah sebulan di sana, saya tidak betah. Akhirnya saya telepon ibu. Saya bilang, “Mae saya tidak betah di Lampung. Ini gimana?”
“Yo wes le, balik saja ke Sukoharjo,” kata ibu saya.
Setelah pulang kampung, kebetulan ada teman yang menawari saya bekerja di rumah makan Sunda di Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Saya bekerja di sana kurang lebih 5-6 bulan.
Gajinya waktu itu Rp 120 ribu. Kecil, ongkos pulang ke Sukoharjo saja sekitar setengahnya. Jadinya penghasilan saya minus. Dari situ saya merasa, kok hidup saya cuma begini-begini saja?
Ke mana Anda setelah itu?
Akhirnya saya ikut om saya jualan bakso keliling, itu tahun 2000-2001. Saya dorong gerobak kurang lebih pulang-pergi 4 km. Jadi, om saya punya lapak di pasar, di pinggir jalan. Saya dorong gerobak dari rumah ke pangkalan sekitar 2 km, sehingga pulang-pergi 4 km.
Setiap hari saya berangkat jam 07.00. Saya bantu om saya untuk nyiapin baksonya, nyambel, nyiapin mi, dan segala macam kebutuhannya. Kemudian di lapak bakso, saya jadi waitress-nya, om saya yang racik baksonya.
Saya juga bertugas mencuci mangkok dan jadi kasir. Saya bantu om saya berjualan bakso sekitar tujuh bulan. Saya dapat gaji lumayan. Waktu bekerja di restoran di Cirebon, saya cuma dapat Rp 120 ribu per bulan. Nah, waktu ikut om saya dapat hampir Rp 800 ribu per bulan. Mungkin karena untung dari berjualan bakso cukup besar.
Lalu saya berpikir, sebagai umat muslim, saya harus memperdalam ilmu agama. Saya bilang ke om saya bahwa saya ingin berhenti, istirahat dulu, ingin mondok (belajar di pesantren). Om saya setuju. Saya pun mondok di Kediri, di Wali Barokah, dekat Pasar Pahing, dekat pesantren Lirboyo.
Saya nggak lama di pesantren. Targetnya waktu itu yang penting khatam Al-Quran, khatam bacaan, makna, keterangan. Saya juga khatam beberapa hadis. Waktunya cukup singkat, saya kejar dalam waktu dua bulan saja karena saya ikut ngaji pagi, siang, sore, malam. Di situ momentumnya.
Jadi, momentum karier Anda berawal dari pesantren?
Kebetulan saya ketemu santri dari Jakarta. Namanya Mas Danur dan Mas Fahmi. Saya ingat betul karena beliau-beliau ini menjadi orang yang berjasa besar bagi karier saya sampai sekarang.
Waktu itu Mas Danur tanya saya. “Mas, setelah mondok mau ke mana?”
Saya bilang, “Belum tahu.”
“Gimana kalau ikut kerja dengan saudara saya? Saudara saya jadi direktur human resource development (HRD) di perusahaan fast food, Texas Chicken Indonesia.”
Saya setuju. Saya bikin lamaran, direkomendasikan langsung oleh saudaranya Mas Danur. Saya masukin lamaran ke Solo. Saya diarahkan untuk ketemu Pak Ridwan. Orang ngelamar kerja itu kan saat interview biasanya gemeteran. Eh, saya malah dikasih makan dan minum. Makan ayam goreng, minumnya Fanta merah.
Texas Chicken itu keberuntungan saya. Pak Ridwan menyampaikan bahwa di Solo sudah full. Beliau manawari saya di Jogja. Saya setuju.
Saya di-interview Pak Trubus, manajer di Jogja. Beliau tanya, kamu sanggup kerjanya kapan? Saya bilang, secepatnya. Saya pun langsung bekerja, di Texas Chicken Jogja, kawasan Malioboro.
Ibu saya sangat support saya, bahkan ibu membelikan motor dari hasil berjualan jamu. Ibu saya tuh jualan jamu, jamu keliling. Ini yang kemudian berdampak pada kehidupan saya. Ketika saya memperkenalkan diri kepada khalayak, ketika saya menjadi pembicara, saya lebih enak memperkenalkan Is Heriyanto sebagai penjual jamu keliling.
Ini mungkin warisan dari ibu saya. Ibu saya dari tahun 1979 sudah menjadi penjual jamu keliling di Salatiga. Sempat di Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, beberapa wilayah di Indonesia.
Ibu saya menikah dengan bapak saya, dikarunia tiga anak, saya yang pertama. Kedua adik saya alhamdulillah lolos sekolah bidan semua. Saya sendiri setamat STM nggak kuliah karena saya harus membantu keluarga, setidaknya tidak membebani ibu saya.
Ayah saya meninggal pada 1991. Saya saat itu masih SMP, adik saya masih SD, yang kecil juga baru berusia dua tahun. Ayah saya meninggal akibat penyakit kanker, kanker getah bening di leher. Di situ ibu saya merasa berat, karena punya utang banyak untuk membiayai pengobatan bapak.
Waktu bekerja di Jogja, apa yang Anda lihat?
Pertama bekerja, saya melihat potensi atau peluang bahwa karyawan bisa mendapatkan income lebih. Saya melihat di Texas Chicken kompetisi jenjang kariernya sangat ketat. Setiap orang harus multitasking.
Di Texas Chicken itu ada bagian lobi (tempat makan) untuk karyawan baru. Seragamnya hitam putih, kerjanya mungutin piring.
Berarti waktu itu Anda sudah yakin bakal sukses?
Sebenarnya kunci utamanya adalah filosofi Jawa bahwa wong tekun bakal tekan. Filosofi ini punya makna yang sangat dalam. Orang yang tekun itu akan "sampai di tujuan".
Jadi, orang tekun itu pasti melakukan sesuatu terus-menerus, tanpa henti. Walaupun dia menghadapi rintangan apa pun, dia kelelahan, dia tidak akan berhenti, tetap berjalan walaupun pelan.
Konkretnya seperti apa?
Sebelum menekuni sesuatu, kita harus punya goal, punya tujuan. Kita bekerja tujuannya apa? Kita ibadah tujuannya apa? Yang penting kita punya goal dulu. Kita tetapkan goal setting-nya. Dari situ baru kita menyusun strateginya supaya sampai di tujuan.
Saya contohkan begini. Saya punya tujuan ke Jakarta. Sedangkan saya di Sukoharjo. Ada beberapa alat transportasi yang bisa saya gunakan. Mau transportasi yang cepat, yang sedang-sedang saja, atau yang lambat, bahkan super lambat?
Kalau kita mau cepat, gunakan pesawat. Hanya satu jam sampai Jakarta. Kalau mau sedang-sedang saja, gunakan kereta atau bus yang memakan waktu 7-8 jam. Kalau mau lambat, gunakan sepeda. Kalau mau super lambat, gunakan transportasi kaki.
Kalau saya mau cepat sampai Jakarta, ya sudah pakai pesawat saja. Cuma, di situ ada faktor-faktor yang memengaruhi, misalnya harus mengeluarkan biaya yang besar. Misalnya harga tiket pesawat di atas Rp 1 juta, sedangkan tiket bus hanya Rp 300 ribu.
Berjalan kaki pun, walaupun super lambat, pasti akan sampai juga kalau melangkah terus. Melangkah, melangkah, melangkah. Sampai juga. Gambarannya ‘orang tekun bakal tekan’ tuh kayak gitu.
Anda pilih “kendaraan” cepat, sedang, lambat, atau super lambat?
Saya pilih “bus”, kecepatan sedang. Kenapa saya memilih kecepatan sedang? Kalau sedang, saya bisa mitigasi risiko kanan dan kiri. Kalau pilih “pesawat”, saya tidak punya kendali. Jadi, selama bekerja di perusahaan, saya ambil di tengah-tengah aja.
Berapa lama Anda di Texas Chicken?
Saya bekerja di Texas Chicken sekitar lima tahun, dari 2002 sampai 2006. Lalu saya keluar, merantau ke Jakarta. Usia saya waktu itu 28 tahun, ijazah masih ijazah SMK. Saya baru kuliah setelah bekerja di Jakarta, di Universitas Budi Luhur, di FakultasPublic Relation tahun 2006 sampai 2010 dan di Sekolah Tinggi Hukum Indonesia (STHI) Jakarta, tahun 2012 sampai 2016.
Walau saya waktu itu cuma punya ijazah SMK, saya berani berjuang di Jakarta. Apalagi saya waktu itu sudah menikah. Ada tuntutan keluarga. Saya melamar ke berbagai perusahaan. Dalam waktu dua minggu, saya membuat sekitar 300 lamaran pekerjaan. Saya diterima di salah satu perusahaan telemarketing di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Anda memulai dari nol lagi?
Betul. Gaji saya lebih kecil dari gaji di Texas Chicken, bahkan lebih kecil dari hasil jualan bakso. Di perusahaan telemarketing itu, gaji saya per minggu hanya Rp 125 ribu.
Tapi saya sudah masukin banyak lamaran ke perusahaan-perusahaan lain. Tak lama kemudian saya mendapat penawaran kerja di Charles and Keith (peritel tas, alas kaki, dan aksesoris asal Singapura), saya masuk 2006. Saya mulai dari bawah lagi, ngepel, ngecek sepatu, tipe-tipe sepatu, sandal, tas, dan lain-lain.
Di situ saya melihat potensi seperti di Texas Chicken, ada jenjang karier. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, saya tempuh jenjang karier yang ada. Dari karyawan training jadi kasir, kepala toko, area in charger.
Saya berpindah-pindah, dari Pondok Indah Mall 2, Pacific Place, Plaza Senayan, Senayan City, GrandIndonesia. DiCharles and Keith, saya berkarier sekitar lima tahun. Saya pegang 13 toko di Jakarta dan beberapa di luar kota, ada di Bandung, Semarang, Makassar, dan Bali.
Sampai akhirnya saya berpikir bahwa karier saya ketika di head office sudah mentok. Saya kemudian memutuskan pindah ke perusahaan lain, PT ACE Hardware Indonesia Tbk (sekarang PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk).
Di ACE Hardware, saya lagi-lagi bekerja darinol. Dari karyawan training, saya ngejar karier menjadi supervisor store, kemudian menjadi deputy store manager.
Apa yang Anda buktikan kepada perusahaan bahwa Anda layak mendapatkan jenjang karier?
Waktu di ACE Hardware, saya masuk jam 06.00, pulang bisa jam 19.00 atau 20.00, walaupun jam kerjanya hanya sampai jam 15.00 atau jam 16.00. Itu dedikasi yang saya berikan kepada perusahaan di mana saya bekerja. Di perusahaan-perusahaan sebelumnya pun begitu. Saya workaholic.
Tapi saya tidak berpikir perusahaan yang diuntungkan, melainkan saya yang akan diuntungkan. Sebab hal itu terkait dengan nasib hidup saya. Kalau saya males-malesan, pasti perusahaan nggak akan pakai saya.
Anda memosisikan diri “bekerja untuk diri sendiri”?
Ya, saya rajin bekerja itu bukan termotivasi oleh perusahaannya, tapi motivasi dari diri saya sendiri. Saya harus kerja bagus supaya mendapatkan penghasilan atau karier sesuai harapan. Dari situ kan akhirnya saya mendapatkan bonus, dapat gaji, dan jenjang kariernya cepat.
Kenapa di ACE Hardware tidak lanjut?
Saya bekerja di ACE Hardware selama lima tahun. Mau masuk ke manajer ternyata kepentok lagi.
Anda sering merasa mentok, kesimpulannya?
Dari perjalanan itu, saya menyimpulkan bahwa untuk menaikkan penghasilan, rumusnya hanya ada empat. Pertama, menunggu upah minimum provinsi (UMP) atau upah minimum kabupaten/kota (UMK) naik. Itu kan lama sekali, membosankan, naiknya pun nggak seberapa.
Kedua, dengan cara jenjang karier, yaitu menjadi the best. Itu saya buktikan ketika saya bekerja di Texas Chicken, Charles and Keith, dan ACE Hardware. Pokoknya kalau ada jenjang karier, pasti saya kejar.
Ketiga, pindah perusahaan. Syaratnya tentu punya pengalaman. Saya dulu berani merantau ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMK karena sudah punya pengalaman. Begitu pula ketika saya berpindah-pidah perusahaan. Pengalaman itu buat nego gaji. Keempat yaitu membangun perusahaan sendiri. Itu cara mendapatkan income lebih besar.
Kapan persisnya Anda mulai menjadi pengusaha?
Keinginan menjadi pengusaha itu muncul pada 2014 ketika saya masih di ACE Hardware. Sebelum melakukan riset, saya sudah membangun jaringan penjualan secara door to door.
Kebetulan saya bertemu founder PT Brigit Biofarmaka Teknologi, Mas Machmud Lutfi Huzain yang sekarang menjadi Komisaris Utama. Beliau masih muda, sekarang 33 tahun, saya hampir 50 tahun. Saat itu Mas Machmud masih 23 tahun.
Beliau bilang, “Mas, saya ingin mengembangkan usaha budidaya alga spirulina untuk Kesehatan tubuh. Kami punya hak patennya.”
Saya mendapatkan penjelasan product knowledge-nya, terus beliau ninggalin beberapa pack. Saya coba, saya rasakan sendiri. Kok ini dampaknya bagus ke tubuh saya.Akhirnya saya memutuskan, ya sudah saya ikut jualan.
Setelah ekonomi saya lumayan, saya memutuskan resign dari AC Hardware pada April 2015. Saya diberikan pelatihan cara berjualan oleh Mas Machmud. Nah, saya ngikutin saja, ngikutin arahan mentor.
Saya punya tiga anak waktu itu. Ternyata penghasilan saya dari berjualan herbal tidak bisa meng-cover kehidupan keluarga saya. Secara kebetulan, teman saya yang dulu di ACE Hardwarepindah ke Courts Retail Indonesia di Harapan Indah, Bekasi. Beliau mengajak saya bergabung. Tahun 2017 saya masuk.
Anda saat itu masih berjualan herbal?
Saya tetap berjualan produk herbal spirulina punya Mas Machmud. Saya bertahan di Courts Retail selama 10 bulan. Dari sana saya bisa mengumpulkan modal, dari bekerja sambil nyambi berjualan produk herbal. Bahkan produk herbal ini bisa saya masukkan ke apotek-apotek.
Saya bekerja sama dengan klinik-klinik, sampai akhirnya saya mampu berdiri sendiri. Lalu saya keluar dari Courts Retail. Saya fokus berjualan produk herbal.
Mas Machmud itu kan mendirikan keagenan di hampir seluruh kabupaten Indonesia. Berdasarkan evaluasi para founder Brigit Biofarmaka Teknologi, saya kemudian diberi tugas memegang wilayah Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Saya diberikan privilege untuk megang dua wilayah.
Mengapa mereka begitu percaya kepada Anda?
Saya buktikan penjualan saya pada 2017-2018, konditenya bagus. Secara nasional, penjualan saya nomor satu, katanya. Sebab, saya mengembangkan pemasaran ke apotek. Saya masukkan ke apotek wilayah Bekasi, Depok, Bogor, sekitar 50 apotek.
Nah, pada Oktober 2018, saya disuruh pulang ke Sukuharjo. Kemudian teman-teman fouder, khususnya Mas Machmud, menyampaikan, “Mas, kita dirikan perusahaan aja yang bergerak di bidang pemasaran, gimana? Perusahaannya nanti jenengan yang pegang, jenengan tak kasih perusahaan, namanya PT Alga Bioteknologi Internasional. Nanti jenengan diberi saham.”
Di situ mulailah saya menjabat sebagai Direktur Utama PT Alga Bioteknologi Internasional. Mas Machmud ternyata juga sudah membangun PT Brigit Biofarmaka Teknologi, perusahaan yang sekarang saya pimpin. Kalau Brigit sebagai pabrik pembuat produk, maka Alga Bioteknologi sebagai perusahaan pemasarnya.
Waktu itu produknya masih terbatas, ada Neoalgae Spirulina, Algaemix, Blue Algae, dan Spirulina, semua berbasis Algae. Algae itu punya manfaat yang luar biasa. Selanjutnya kami mendirikan pabrik. Ketika itu pabriknya masih kecil, masih rumahan, tapi sudah mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Seberapa besar dampak pandemi Covid-19 terhadap perusahaan yang Anda pimpin?
Kami memang mendapatkan momentum saat pandemi Covid-19. Waktu itu banyak sekali orang yang mencari produk ketahanan tubuh. Kami kemudian memproduksi hand sanitizer. Mas Machmud selaku founder terus mengembangkan pabrik.
Di sisi lain, saya juga menjadi orang yang sedikit terkenal, he, he, he.. Saya banyak memberikan pelatihan digital marketing, pelatihan bisnis, dan lain-lain saat pandemi. Sampai terbentuk komunitas biotekno beranggotakan sekitar 40 ribu orang.
Proses terus berjalan, sampai akhirnya Mas Machmud selaku founder punya inisiatif untuk meng-initial public offering (IPO)-kan saham Brigit Biofarmaka Teknologi. Mas Machmud sendiri memilih konsentrasi ke politisi, di mana beliau merupakan politisi Partai Golkar yang terpilih sebagai anggota legislatif.
Prospek Brigit Biofarmaka ke depan?
Brigit Biofarmaka punya potensi besar untuk menghasilkan omzet dan profit dengan kenaikan yang signifikan. Kenaikannya bisa di atas 100%. Pada 2023, profit kami hanya Rp 17 miliar dengan total aset Rp 58 miliar.
Kemudian pada 2024 ada kenaikan omzet 111% menjadi Rp 120 miliar. Profitnya melonjak 156% menjadi Rp 30-an miliar, hampir 30% dari omzetnya. Tahun ini pun trennya masih bagus. Terbukti pada Januari dan Februari, kami masih bisa mencapai target pertumbuhan yang di prospektus dipatok 20% dari tahun sebelumnya.
Ke depan, kami akan menjadi market leader bagi perusahaan-perusahaan maklun produk herbal. Kenapa? Karena kami menyiapkan fasilitas-fasilitas yang belum tentu bisa didirikan perusahaan lain, seperti fasilitas produksi obat tradisional, kosmetik, minuman, kolagen.
Kami pun akan menambahkan fasilitas obat cair, seperti tolak angin. Ke depan, kami juga akan membangun pabrik suplemen dalam bentuk softgel dan tablet.
Produk-produk Brigit Biofarmaka apakah aman?
Alhamdulillah. Produk kami nggak ada yang masuk ke dalam daftar 91 kosmetik ilegal yang kemarin dirilis BPOM. Produk herbal kami semuanya aman.
Gaya kepemimpinan Anda?
Saya demokratis, tapi tidak seperti demokratisnya pemerintah. Contohnya ada permasalahan di perusahaan. Saya lebih senang mengundang orang-orang yang terlibat dalam masalah tersebut.
Saya pertemukan secara langsung, tapi sebelumnya saya mencari data dulu dari masing-masing orang tersebut. Misalnya ada permasalahan di produksi, maka saya panggil dulu orang produksi. Dia bermasalahnya dengan siapa?
Misalnya dengan marketing dan R&D (human resources development). Saya panggil dulu masing-masing secara terpisah, saya kumpulkan data, sehingga saya punya waktu untuk menganalisis permasalahan ini dan memberikan solusi.
Nah, ketika saya sudah memitigasi risiko, saya kumpulkan mereka, silakan disampaikan secara terbuka. Setelah keluar dari ruangan ini, semua clear, tidak ada unek-unek yang jelek dalam dirinya.
Nilai-nilai yang Anda terapkan di perusahaan?
Saya menerapkan enam prinsip di perusahaan. Pertama, saya mengharapkan pribadi saya menjadi orang yang jujur sehingga saya bisa menularkan itu kepada tim saya. Kedua, harus amanah.
Ketiga, rukun. Ini masalah hati, saya tidak punya unek-unek jelek, saya tidak ngerasani, saya tidak gibah terhadap tim saya. Sebaliknya, tim saya juga tidak ada unek-unek jelek, nah ini rukun.
Keempat, kompak. Ini kaitannya dengan pekerjaan. Ibaratnya, kalau kita ingin mengangkat meja, semua ngangkat meja. Yang kelima yaitu kerja sama yang baik. Ketika kita mengangkat meja untuk dipindahkan ke utara, semua harus ke utara, jangan ada yang ke selatan.
Keenam yaitu kaya yang dermawan tapi sederhana, sederhana tapi dermawan. Nilai-nilai ini yang saya pegang teguh, kemudian saya sampaikan ke teman-teman.
Selain itu, saya juga tipe orang yang senang berdiskusi. Ketika ada orang punya masalah, punya kendala pekerjaan, yuk didiskusikan untuk mencari solusi, daripada saya harus marah-marah membuang waktu dan energi, lebih enak duduk bersama, cari solusi. Tujuannya, supaya mereka bekerja secara happy, saya pun bisa menjalankan tugas dengan lancar.
Anda pernah “jatuh”?
Semua orang pasti pernah jatuh. Saya juga sering jatuh. Tapi saya nggak lama-lama jatuhnya. Saya bisa cepat bangkit. Mungkin karena saya memulai semuanya dari nol.
Siapa tokoh panutan Anda?
Sebenarnya saya berharap bisa mencontoh Nabi Muhammad SAW. Rasulullah itu sebelum menjadi nabi dan rasul kan sudah digelari Al Amin (orang yang dipercaya). Menjadi orang yang dipercaya itu susah. Alhamdulillah, dari beberapa perusahaan yang sudah pernah saya ikuti, saya dipercaya sampai pada level sekarang ini. Semoga saja nilai-nilai amanah, jujur, dan bisa dipercaya itu juga melekat pada diri saya.
Mimpi besar Anda yang belum terealisasi?
Mimpi saya adalah bisa menjalankan ibadah umrah setiap tahun. Kedua, saya ingin memakmurkan desa saya, terutama di wilayah RT saya. Kebetulan saya diamanahi menjadi ketua RT.
Kemudian di desa, saya juga diamanahi menjadi Direktur Bumdes (Badan Usaha Milik Desa). Artinya kepercayaan itu harus saya wujudkan dalam bentuk nyata kiprah saya di desa.
Jarak rumah saya dari masjid sekitar 100 meter. Di masjid itu masih ada tanah lapang. Saya berharap bisa memperluas masjid itu, kemudian membangun pondok pesantren di situ, membangun boarding school. Itu impian saya yang mungkin akan saya wujudkan dalam waktu dekat ini.
Mimpi lain saya tentu untuk keluarga. Saya ingin mereka sukses semua, dunia dan akhirat. Saya punya empat anak. Alhamdulillah anak saya yang pertama sudah kuliah, di Solo. Yang kedua sekolah di Sukoharjo. Anak ketiga masih SMP, masih mondok. Dan yang paling kecil usianya baru hampir empat tahun. ***
Biodata
* Nama: Is Heriyanto.
* Tempat/tanggal lahir: Sukoharjo, 24 Oktober 1979.
* Status: menikah.
Pendidikan:
* Universitas Budi Luhur - Fakultas Public Relation, Jakarta (2006–2010).
* Sekolah Tinggi Hukum Indonesia, Jakarta (2012-2016).
Karier:
* Februari 2001 – Mei 2006: Team Leader PT Cipta Selera Murni (Texas Chicken), Yogyakarta.
* Agustus 2006 – Februari 2010: Area in Charge PT Kurnia Ciptamoda Gemilang (Charles & Keith Indonesia), Jakarta.
* Maret 2010 – April 2015: Deputy Store Manager PT ACE Hardware Indonesia, Jakarta.
* Desember 2015 – Oktober 2016: Deputy Store Head PT Courts Retail Indonesia, Bekasi.
* 2019 – 2024: Direktur Utama PT Algae Bioteknologi Internasional.
* Januari 2025 - sekarang: Direktur Utama PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk.

