Pembiayaan Bank Sampoerna ke UMKM Capai Rp 7,4 Triliun hingga Kuartal I 2025
JAKARTA, investortrust.id - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) mencatat pembiayaan pada UMKM tetap menjadi porsi utama dari portofolio pembiayaan perusahaan. Pada akhir Maret 2025, pembiayaan yang diberikan pada UMKM mencapai 63% atau sebesar Rp 7,4 triliun dari total pembiayaan sebesar Rp 11,9 triliun.
Total pembiayaan ini sendiri meningkat tipis sebesar 2% dibandingkan pembiayaan yang dilakukan Bank Sampoerna pada satu tahun sebelumnya, atau sejalan dengan peningkatan pembiayaan yang dilakukan keseluruhan industri perbankan pada UMKM sebesar 1,7% pada periode yang sama. Pinjaman pada pelaku UMKM oleh Bank Sampoerna sendiri, sebagian besar, atau sebesar 86% dilakukan secara langsung oleh Bank Sampoerna dan sisanya disalurkan melalui lembaga keuangan lain yang menjadi mitra strategis.
CEO Bank Sampoerna Ali Yong menyampaikan, industriperbankan menghadapi tantangan di kuartal I tahun 2025 ini. Menurut Ali, tantangan bisa jadi tidak akan mereda hingga akhir tahun, mengingat sejumlah permasalahan dan kondisi geopolitik yang penuh ketidakpastian.
"Kondisi ini tentunya menyulitkan UMKM untuk berkembang. Pun demikian, kondisi tersebut tidak menyurutkan Bank Sampoerna untuk terus mendukung pemberdayaan UMKM," ujar Ali dalam keterangan yang diterima, Kamis (15/5/2025).
Ali menjelaskan, walaupun Indonesia masih rentan terhadap kondisi ekonomi global yang dipengaruhi oleh konflik geopolitik, perusahaan terus berkomitmen untuk mendukung UMKM yang dijalankan dengan terus memanfaatkan teknologi digital dan kolaborasi dengan berbagai mitra strategis.
"Kedua aspek tersebut menjadi langkah strategis kami dalam memberdayakan dan memperluas cakupan penyaluran kredit UMKM hingga ke pelosok tanah air,” ungkap Ali.
Sementara itu, Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra menambahkan, sejalan dengan strategi serta kebutuhan likuiditas Bank Sampoerna, pada akhir Maret 2025, akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Sampoerna mencapai Rp 13,4 triliun. Sekitar 20% dari DPK berbentuk rekening tabungan dan giro (current account & saving account/ CASA).
Henky menyebut, jumlah DPK ini meningkat 4,4% dibandingkan yang terakumulasi pada akhir Maret 2024 sebesar Rp 12,9 triliun. Peningkatan ini juga sejalan dengan peningkatan DPK keseluruhan industri perbankan yang pada periode sama meningkat sebesar 4,7%.
Di sisi lain, peran memberdayakan UMKM juga diwujudkan lewat pemberian jasa perbankan atau yang dikenal sebagai Bank as a Service (BaaS). BaaS ini terdiri dari jasa pemanfaatan virtual account, pembayaran via QRIS, dan transfer dana melalui kerja sama mitra (host-to-host fund transfer), yang di sepanjang kuartal pertama tahun 2025 berlangsung sebanyak lebih dari 46 juta transaksi dengan total volume transaksi mendekati Rp 30 triliun.
"Total volume transaksi ini meningkat tujuh kali lipat dari volume transaksi yang terjadi pada kuartal pertama tahun 2024, terutama didorong oleh semakinbanyaknya transaksi penerimaan pembayaran menggunakan QRIS," terang Henky.

