Sebut Banyak LSM Asing Serang Hilirisasi RI, Bahlil: Saya Tak Akan Mundur Sejengkal Pun
JAKARTA, investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, saat ini banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing yang menyerang Indonesia terkait program hilirisasi. Namun, dia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mundur sejengkal pun.
Bahlil memaparkan, pemerintah sudah memetakan program hilirisasi sampai 2040 dan membutuhkan investasi besar mencapai US$ 618 miliar (Rp 10.069 triliun). Disebutkan, ada 18 proyek hilirisasi di Indonesia, di antaranya hilirisasi nikel, bauksit, perkebunan, hingga perikanan.
Baca Juga
“Ini yang sedang ditakuti oleh beberapa negara lain. Makanya sekarang banyak LSM yang mulai serang-serang Indonesia menyangkut hilirisasi. Serang menyangkut nikel, bauksit, timah. Kenapa? Karena mereka tahu ini,” ungkap Bahlil yang juga menjabat ketua Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional dalam acara "Human Capital Summit 2025" di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Bahlil menegaskan, hilirisasi merupakan instrumen pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. Maka dari itu, dia tidak akan mundur satu jengkal pun untuk menggenjot hilirisasi, meski mendapatkan tekanan dari berbagai pihak.
“Perintah Bapak Presiden Prabowo kepada kami, dan saya sebagai menteri ESDM, sejengkal pun saya tidak akan mundur dari tekanan-tekanan asing untuk melanjutkan apa yang menjadi program hilirisasi,” sebut dia.
Baca Juga
Menurutnya, ada dua pendekatan dalam hilirisasi, yakni green energy dan green industry. Terkait dengan itu, dia menilai bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif, di antaranya mempunyai cadangan energi baru terbarukan (EBT), kedua terbesar di dunia setelah Amerika Serikat (AS).
“PLTA kita, matahari, angin, geotermal, banyak sekali. Di samping itu, kita mempunyai CCS (carbon capture storage) untuk menangkap karbon terbesar di Asia Pasifik. Ini harta karun kita sebenarnya. Kita mempunyai eks sumur-sumur minyak, eks sumur-sumur gas yang bisa disuntik CO2-nya,” beber Bahlil.

