Bahlil Beberkan Kronologis Huayou Gantikan LG Lanjutkan Proyek Baterai EV
JAKARTA, Investortrust.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Huayou, perusahaan asal China akan menggandeng mitra dari China untuk melanjutkan proyek baterai listrik (electrical vehicle/EV) yang sebelumnya dipimpin LG Energy Solution (LGES).
“Mitranya adalah yang akan membangun 20 giga (watt hour/GWh) berikutnya. Nanti kami umumkan, ini salah satu perusahaan yang masuk 7 besar di dunia. (Dari) China,” ujar Bahlil ketika ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/4/2025) dilansir Antara.
Baca Juga
Huayou Gantikan LG Garap Proyek Baterai, ESDM: Kita Welcome pada Setiap Investasi
Semula, LG bersama-sama dengan Huayou dan PT Industri Baterai Indonesia atau dikenal Indonesia Battery Corporation (IBC), BUMN dari Indonesia menggarap grand package ekosistem baterai kendaraan listrik. Kemudian, LG hanya sanggup membangun pabrik baterai dengan kapasitas 10 GWh per tahun di Karawang, Jawa Barat.
Padahal, pemerintah merancang proyek pabrik pertama adalah sebesar 30 GWh per tahun. Tak tercapainya target yang dipatok itu dikarenakan LG punya keterbatasan teknologi untuk menggarap proyek ekosistem dari sisi hulu di pertambangan, lalu, smelter, high pressure acid leach (HPAL), prekursor, hingga katoda.
"LG sudah membangun 10 GWh pertama, yang harus dilakukan adalah 30 GWh. Namun, untuk dari mining, kemudian smelter, HPAL, prekursor, dan katoda, itu memang yang punya teknologinya adalah Huayou. LG itu teknologinya itu di ujung, makanya dibangun grand package,” ujarnya.
Keterbatasan teknologi LG itu berdampak pada lambannya progres proyek ekosistem baterai EV. Sehingga, pemerintah memutuskan mengeluarkan LG dan menggantikannya dengan Huayou.
"Itu bukan LG yang pergi, tetapi memang pemerintah memutuskan menggantikan LG dengan Huayou untuk meng-cover itu dan kami yang menandatangani surat itu. Memang saya tidak umumkan saja, itu sudah terjadi 3-4 bulan lalu, dari Januari," imbuh Menteri Bahlil.
Pemerintah menilai, LG memakan waktu terlalu lama untuk pengembangan proyek tersebut. Oleh karena itu, dalam langka mempercepat pengembangan ekosistem baterai EV, pemerintah mengganti LG. “Bukan kami yang tidak mau mereka (LG), melainkan mereka yang terlalu lama,” kata Bahlil.
Baca Juga
Ketum Kadin Optimistis Investasi di Sektor EV Tetap Tumbuh Meski LG Hengkang
Mitra Huayou pengganti LG tersebut yang nantinya akan melanjutkan pembangunan 20 GWh yang tersisa.
Ketika disinggung alasan mitra Huayou berasal dari China, Bahlil menjelaskan bahwa pemerintah tidak memilih-milih negara asal mitra. Selama mereka bersedia untuk turut mengembangkan ekosistem baterai EV di Indonesia, maka pemerintah menyetujuinya. “Kami sekarang tidak melihat mau China, mau Arab, mau Eropa, mau Korea, mau apa saja yang mau ke Indonesia. Saya enggak membeda-bedakan sekarang,” kata dia.
Sebelumnya, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan Huayou yang menggantikan LG dalam proyek kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bakal bekerja sama dengan mitra lain dalam penyelesaian proyek tersebut.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BPKM Nurul Ichwan menjelaskan proyek baterai EV yang dinamai Indonesia Grand Package tersebut sudah terealisasi sebesar US$ 1,2 miliar atau Rp 20,2 triliun, dan nantinya Huayou akan mengisi sebagian besar sisa investasi yang mencapai US$ 8,6 miliar atau Rp 145,2 triliun.
BKPM segera melakukan pertemuan dengan Huayou untuk membahas terkait hal tersebut.

