Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir Maknai Iduladha sebagai Penghambaan pada Allah SWT untuk Raih Ketakwaan
JAKARTA, Investortrust.id -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memaknai Iduladha sebagai penghambaan kepada Allah SWT untuk meraih ketakwaan. Haedar juga mengungkapkan bahwa syariat lahiriyah dalam momentum Iduladha ialah menyembelih hewan kurban.
"Bagi kaum muslimin, Iduladha dan berkurban merupakan perintah Allah yang murni ibadah, yakni sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan, menjauji larangannya, dan menjalankan apa yang menjadi apa yang diizinkan Allah dalam kehidupan," kata Haedar dalam keterangan video yang diterima Investortrust, Jumat (6/6/2025).
Haedar mengatakan tujuan Iduladha dan kurban bagi kaum muslim adalah bentuk dari meningkatkan ibadah untuk meraih ketakwaan. Menurutnya insan beriman yang dekat dengan Allah maka hidupnya akan selalu merasa damai, tenang, tentram tetapi juga bermakna dan bermaslahat.
"Hidupnya merasa diawasi dan dekat dengan Allah dan karena itu dia akan senantiasa menjalankan apa yang serba baik dan menjauhi apa yang dilarang olehNya," ucapnya.
Haedar mengatakan meski syariat Iduladha yakni menyembelih hewan kurban, namun makna terdalamnya yakni takwa. Ia mengungkapkan bahwa Allah SWT mengajarkan manusia untuk berkurban meninggalkan harta duniawi.
“Maka makna terdalamnya apa yang kita miliki dalam kehidupan ini baik harta, kekuasaan, dan segala kesenangan hidup yang kita peroleh sebenarnya nisbi, maka Tuhan mengajarkan pada kaum beriman “berqurbanlah” manfaatkan harta dan segala hal duniawi itu untuk kepentingan beribadah dan kemaslahatan orang banyak. Bukan untuk dimiliki, ditumpuk-tumpuk bahkan dengan rasa rakus ingin hidup serba gelimang duniawi," ujar Haedar.
Haedar menambahkan, ketika ibadah kurban, telah mengajarkan untuk melepas apa yang kita miliki, maka sejatinya mereka yang berkurban sudah terbebaskan jiwa, hati, pikiran, rasa, dan segala apa yang Ia miliki lillahi ta’ala untuk meraih ridha dan karunia Allah SWT.
Haedar juga menuturkan bahwa manusia memiliki jiwa ingin menguasai segala pesona dunia dan takkan pernah merasa puas. Bahkan hal tersebut dicapai dengan cara yang tidak halal seperti dengan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan segala perilaku yang menunjukkan ketamakan.
"Manusia yang rakus, dengan segala pesona duniawi, Ia tidak akan pernah cukup sampai Tuhan menghentikan ajalnya al-hâkumut-takâtsur, ḫattâ zurtumul-maqâbir,"
Haedar mengajak masyarakat untuk mengoreksi diri untuk melihat ada tidaknya keserakahan diri dan ambisi yang melebihi batas. Ia mengajak umat muslim untuk melepas segala kepentingan demi kebenaran, kebaikan, dan keluhuran, dan untuk kemaslahatan hidup orang banyak.
"Jika itu bisa dipenuhi, maka berkurban berarti telah membebaskan kita dari segala pesona duniawi itu untuk hidup yang cukup dan moderat tetapi membawa kemaslahatan duniawi dan ukhrawi," tutur Haedar.

