Minat Investor Asing terhadap SBN Masih Tinggi
JAKARTA, investortrust.id – Mirae Asset Sekuritas Indonesia menilai, minat investor asing terhadap surat berharga negara (SBN) masih tinggi. Dalam empat hari terakhir, terjadi arus masuk (inflow) bersih sebesar Rp 14,13 triliun, mendorong kepemilikan asing ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir menjadi Rp 916,7 triliun.
“Hal ini menunjukkan kembalinya selera global terhadap aset negara berkembang, seiring penurunan yield (imbal hasil) SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan pelemahan dolar AS,” jelas Analis Fixed Income Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno di Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Dia menegaskan, pasar tidak terlalu bereaksi terhadap rencana pengenaan tarif 50% terhadap barang-barang dari Uni Eropa. Sebagian besar investor melihat kebijakan ini hanya sebagai bagian dari manuver politik dan belum tentu benar-benar diterapkan.
Baca Juga
Pengalaman sebelumnya, menurut Karinska, menunjukkan bahwa selama belum ada aksi nyata, pasar cenderung mengabaikan ancaman semacam ini.
“Sebaliknya, perhatian investor saat ini justru tertuju pada risiko fiskal AS, terutama setelah proposal rancangan undang-undang (RUU) pajak baru yang berpotensi menambah defisit federal sebesar US$ 2,3 triliun,” ujar dia.
Hal itu, kata Karinska, mendorong kenaikan yield US Treasury (UST) dan memicu sentimen risk-off yang lebih luas. Kenaikan yield ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap keberlanjutan fiskal jangka panjang AS, yang bisa berdampak ke pasar global.
Dia mengungkapkan, dengan kondisi tersebut, lelang sukuk diperkirakan bakal mencatatkan permintaan yang solid, terutama untuk seri-seri bertenor panjang. Investor mulai melakukan rotasi keluar dari SRBI karena kondisi likuiditas yang lebih akomodatif.
“Kami memperkirakan total incoming bids bisa menembus Rp 30 triliun, dengan potensi penawaran yang dimenangi mencapai Rp 14-16 triliun, karena investor mencari yield yang menarik dan kestabilan durasi,” tegas Karinska.
Dia menambahkan, di dalam negeri, pemerintah akan meluncurkan paket stimulus fiskal dalam enam tahap mulai 5 Juni, dengan fokus pada konsumsi rumah tangga melalui subsidi tiket pesawat, tol, listrik, bantuan upah, dan bantuan sosial.
Baca Juga
Imbal Hasil SBN Stabil, Menkeu Yakin Investor Akan Bertahan di Indonesia
Karinska mengatakan, stimulus itu juga bertujuan sebagai langkah antisipatif untuk menjaga pertumbuhan di tengah potensi tekanan global dan meningkatnya permintaan menjelang libur panjang.
“Menurut kami, stimulus ini bisa membantu menjaga pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2025 tetap pada kisaran 5%,” ujar Karinska.
Dia mengakui, hal yang sama bisa menimbulkan sedikit tekanan inflasi, khususnya pada harga yang diatur pemerintah dan pangan bergejolak.
“Namun selama pasokan terjaga, potensi kenaikan inflasi ini diperkirakan hanya sementara dan masih dalam jangkauan toleransi BI,” tutur dia.

