Astra International (ASII) Turunkan Anggaran Capex Jadi Rp 25 Triliun, Apa Penyebabnya?
JAKARTA, investortrust.id – PT Astra International Tbk (ASII) menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) maksimal sebesar Rp 28 triliun untuk periode 2025. Namun manajemen menyampaikan kemungkinan bahwa capex tahun ini akan turun menjadi Rp 25 triliun.
“Apakah capex Rp 28 triliun ini masih akan menjadi pegangan? Mungkin, paling tidak per hari ini kami melihat akan turun jadi Rp 25 triliun dan bisa saja lebih turun lagi, kami sesuaikan dengan situasi yang ada,” jelas Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro dalam Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan 2025 di Menara Astra, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
Manajemen menegaskan, jumlah investasi yang akan digelontorkan tahun ini akan ditinjau berkala, mengikuti situasi yang berkembang dinamis. Djony mengucapkan, salah satu situasi dimaksud adalah daya beli masyarakat yang cenderung melemah, ditambah situasi perekonomian global yang dipandang kurang baik.
“Jadi, kami juga perlu lebih waspada dalam mengguyurkan belanja modal,” imbuh Djony.
Baca Juga
Bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah capex Astra International terus mengalami pengurangan hingga tahun ini. Pada 2023, Astra tercatat merealisasikan belanja modal sebesar Rp 45,9 triliun. Sedangkan pada 2024, total investasi yang digelontorkan perusahaan turun menjadi Rp 37 triliun.
Hingga Maret 2025 atau kuartal pertama, Astra telah menggunakan Rp 4,5 triliun dari capex mereka tahun ini.
Sedangkan total capex tahun ini, utamanya akan ditujukan pada bisnis inti Astra, seperti sektor otomotif, jasa keuangan, alat pertambangan, agribisnis, infrastruktur, hingga properti. Pasalnya, sektor-sektor ini mampu menghasilkan keuntungan yang lebih stabil di tengah situasi kurang kondusif.
Grup perusahaan taipan William Soerjadjaja itu juga mengaku akan memprioritaskan investasi pada peluang-peluang bisnis yang berkaitan erat dengan bisnis inti existing Astra. Tujuannya adalah memperluas cakupan agar bisnis inti Astra semakin kuat dan menegaskan posisi perseroan dalam pangsa pasar Indonesia.
“Peluang bisnis yang berdekatan itu salah satu contohnya kami menjual 40% kepentingan kami di PT Astra Digital Mobil (ADMO), perusahaan yang menaungi OLX.co.id, dan OLXmobbi,” tutur Djony.
Baca Juga
Dengan Aset Rp 200 Triliun, Astra Financial Berkontribusi 25% Terhadap Total Bisnis Astra Group
Sebagai informasi, 40% saham ADMO senilai kurang lebih US$ 120 juta atau Rp 2 triliun tersebut diakuisisi oleh Toyota Motor Corporation. Sementara, Astra International masih menjadi pengendali di perusahaan pemilik platform OLX tersebut.
“Makanya kenapa kami 2024 masuk ke OLX dan menjual ke sana? Karena kami ingin mengembangkan. Jadi investasi itu akan pasti yang berdekatan dengan bisnis-bisnis ini,” sambung Djony.
Sektor lain yang juga jadi fokus Astra adalah layanan kesehatan (healthcare). Djoni menyebutkan, sektor ini diyakini punya potensi pertumbuhan yang baik di Indonesia dalam jangka panjang, setelah manajemen mempelajari dan mengkaji bersama-sama.
“Dengan penetrasi dalam sistem kesehatan kita yang masih bisa kita kejar dari negara tetangga, Saya kira Astra bisa melakukan sesuatu di sana. Dengan memberikan satu layanan ekosistem layanan kesehatan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia,” jelas Djony.
Selanjutnya, sebagai salah satu bisnis inti Astra, unit usaha di bidang pertambangan yakni PT United Tractors Tbk (UNTR) sejak 2022 dirancang untuk menempuh diversifikasi ke komoditas yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Perusahaan dengan kode saham UNTR itu telah memperluas usaha ke komoditas mineral, energi terbarukan, termasuk bisnis panas bumi, peluang pembangkit listrik tenaga air, dan konsisten memasang solar panel.
“Sedangkan di sektor infrastruktur, kami sudah investasi sejak 2005 dan 2024 sudah memberikan kontribusi baik untuk Astra. Jadi kami harap kontribusi (sektor-sektor bisnis itu) kuat dan berkesinambungan,” pungkasnya.

