Harga Saham ANTM Naik Drastis Dalam Sebulan, Analis Beberkan Pemicu Berikut
JAKARTA, investortrust.id – Saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kenaikan signifikan sebanyak 76% selama sebulan terakhir. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi kuat antara sentimen positif dari sisi kinerja keuangan, prospek komoditas, strategi bisnis, serta daya tarik valuasi.
Analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, katalis utama berasal dari laporan keuangan kuartal I-2025, yaitu ANTM membukukan laba bersih sebesar Rp 2,1 triliun, angka ini meningkat 47,4% secara kuartalan (qoq) dan melesat 794,1% secara tahunan (yoy).
Bahkan, laba tersebut telah mencapai 51,9% dari estimasi konsensus analis setahun penuh, mengindikasikan potensi revisi ke atas terhadap proyeksi laba ANTM tahun ini. Pendapatan konsolidasian juga naik signifikan menjadi Rp 26 triliun atau naik 203,4%, ditopang oleh lonjakan pendapatan dari segmen emas dan bijih nikel.
Baca Juga
Cetak Lonjakan Harga, Minat Investor Asing Tak Berhenti Borong Saham Antam (ANTM)
"Secara operasional, meski volume penjualan emas turun 9,7% qoq menjadi 13,7 ton, secara tahunan melonjak 93,2%, didukung oleh tingginya permintaan domestik yang stabil dari institusi seperti Bank Syariah Indonesia dan Pegadaian," terang Hendra kepada investortrust.id Selasa, (6/5/2025).
Harga emas dunia yang terus menanjak di tengah ketidakpastian ekonomi global turut menopang kontribusi margin dari lini bisnis ini. Di sisi lain, ANTM secara strategis mengalihkan fokus dari produk feronikel, yang volume penjualannya turun 37,6% qoq, ke penjualan bijih nikel domestik yang melonjak 44,9% qoq menjadi 3,8 juta ton.
"Langkah ini terbukti tepat mengingat harga nikel domestik saat ini berada dalam posisi premium akibat keterbatasan pasokan, menyusul keterlambatan persetujuan RKAB tahun lalu," ujarnya.
Baca Juga
Target Harga Saham Antam (ANTM) kembali Direvisi Naik, Simak Pertimbangan Ini
Hendra menjelaskan, segmen alumina dan bauksit belum memberikan kontribusi optimal, namun outlook berpotensi membaik, seiring rencana pengoperasian kilang SGAR Mempawah pada semester I-2025, yang akan memperkuat posisi ANTM dalam rantai hilirisasi bauksit nasional.
Dari sisi profitabilitas, ANTM membukukan peningkatan signifikan pada margin kotor yang naik 469 bps menjadi 13,9%, margin EBITDA yang tumbuh 565 bps ke level 11,4%, dan margin laba bersih yang naik 259 bps menjadi 8,1%. "Peningkatan ini mengindikasikan efisiensi biaya serta kekuatan pricing power ANTM di tengah dinamika harga komoditas," bebernya.
Valuasi Saham
Sementara itu, dari sudut pandang teknikal, menurut Hendra saham ANTM telah menembus resistance kuat di level Rp 2.500 dan mengarah ke target berikutnya di Rp 2.670.
"Kenaikan harga juga disertai dengan peningkatan volume dan tren akumulasi asing yang berkelanjutan, memperkuat potensi tren bullish jangka pendek hingga menengah. Indikator RSI memang mulai memasuki area overbought, namun tren ini belum mengindikasikan sinyal pembalikan selama belum muncul divergensi negatif yang signifikan," ucap dia.
Secara valuasi, Hendra menyebut saham ANTM masih tergolong atraktif. Saat ini ANTM diperdagangkan dengan PER 2025 sebesar 7,1 kali, jauh di bawah rata-rata industri logam dasar yang berada di kisaran 9,8 kali. Selain itu, PBV ANTM sebesar 1,81 kali, menurutnya hal ini masih wajar untuk emiten dengan kinerja dan aset berbasis komoditas strategis seperti emas, nikel, dan bauksit.
Baca Juga
Melesat hingga Diborong Investor Asing pada April, Seberapa Tinggi Target Harga Saham Antam (ANTM)?
"Valuasi ini memberikan ruang kenaikan lebih lanjut apabila kinerja kuartal II dan seterusnya terus menunjukkan pertumbuhan, ditambah dukungan harga emas global yang berpotensi mencapai rekor baru akibat ketegangan geopolitik dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global," ungkap Hendra.
Dengan mempertimbangkan fundamental yang solid, dia menambahkan, sentimen komoditas yang mendukung, valuasi yang menarik, serta tren teknikal yang masih positif, saham ANTM tetap direkomendasikan buy dengan target harga jangka pendek di Rp 2.670 dan potensi menuju Rp 2.800 untuk jangka menengah.
"Jika terjadi koreksi teknikal dalam jangka pendek, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk strategi akumulasi bertahap oleh investor yang mengincar potensi pertumbuhan jangka panjang di tengah tren hilirisasi tambang nasional dan penguatan struktur pendapatan ANTM ke depan," terangnya.

