IHSG Lanjutkan Penguatan Enam Hari Beruntun hingga Tembus Rekor Tiga Bulanan, Apa Penopangnya?
JAKARTA, investortrust.id – Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil lanjutkan pergerakan di zona hijau dalam enam hari perdagangan secara beruntun hingga intraday sesi I, Selasa (6/5/2025). Bahkan, IHSG intraday sempat tembus level 6.900 atau level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
Data BEI pada intraday sesi I, IHSG berhasil melesat sebanyak 64 poin (0,91%) menjadi 6.897 hingga pukul 11.10 WIB. Bahkan, IHSG sempat menyentuh level 6.900 atau level intraday tertinggi terhitung sejak 19 Februari 2025.
Baca Juga
Harga Emas Antam Meroket Dampak Pelemahan Dolar dan Tarif Film Trump
Berlanjutnya penguatan tersebut ditopang kenaikan mayoritas sektor saham, khususnya saham sektor material dasar naik lebih dari 2%, sektor energi naik 1,54%, dan sektor consumer primer menguat 1,06%. Penguatan juga didukung kenaikan saham sektor consumer non primer, infrastruktur, dan keuangan.
Kenaikan tersebut juga didukung penguatan sejumlah saham kapitalisasi pasar besar, seperti BBCA, BREN, TPIA, BBRI, BYAN, AMMN, hingga DSSA. Kenaikan tersebut berbanding terbalik dengan Wall Street yang ditutup melemah semalam.
Sebelumnya, analis Pasar Modal sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengutarakan fenomena penguatan beruntun IHSG memperlihatkan bahwa pasar saham kerap bersifat forward-looking, yakni menilai prospek dan sentimen masa depan alih-alih hanya terpaku pada data ekonomi historis.
Baca Juga
Target Harga Saham Antam (ANTM) kembali Direvisi Naik, Simak Pertimbangan Ini
"Salah satu katalis utama penguatan IHSG adalah musim pembagian dividen oleh emiten-emiten besar, yang menarik kembali aliran dana domestik maupun asing ke saham-saham berfundamental kuat," kata Hendra.
Selain itu, Hendra melontarkan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turut menopang optimisme investor, seiring dengan ekspektasi bahwa tekanan inflasi global mulai mereda dan The Fed akan lebih longgar dalam kebijakan moneternya pada paruh kedua 2025.
Baca Juga
Target Harga Saham Harita Nickel (NCKL) Dipangkas Meski Laba Naik 65,5% di Kuartal I-2025
Meskipun pertumbuhan konsumsi rumah tangga melemah dan investasi swasta masih tertahan oleh suku bunga tinggi serta ketidakpastian global, Hendra memandang, pelaku pasar mulai mengantisipasi pemulihan ekonomi pada semester kedua tahun ini. "Harapan akan akselerasi belanja modal pemerintah, terutama untuk infrastruktur dan hilirisasi industri, menjadi daya tarik tersendiri," tuturnya.
Tak hanya itu, stabilitas politik pasca Pemilu 2024 serta ekspektasi terhadap kabinet baru yang pro investasi turut memberi angin segar pada sentimen pasar. Kendati demikian, secara teknikal IHSG mulai menunjukkan tanda kelelahan setelah reli lima hari beruntun.

