Saham Emiten Properti Ini Saatnya Dilirik, Potensi Cuan Bisa Capai 140,36%
JAKARTA, investortrust.id – PT Bukit Sentul Tbk (BKSL) berbasil membalikkan posisi rugi bersih menjadi laba bersih. Keberhasilan tersebut menjadikan saham BKSL layak direkomendasikan beli dengan potensi penguatan jumbo sebanyak 140,36%, dibandingkan dengan harga penutupan saham ini di Bursa Efek Indonesia (BEI) level Rp 104 akhir pekan lalu.
BKSL berhasil mencatatkan laba bersnih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 842,31 juta pada kuartal I-2025, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya dengan rugi bersih Rp 108,06 miliar. Kenaikan tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan bersih dari Rp 81,73 miliar menjadi Rp 278,74 miliar. Padahal, perseroan belum memasukkan penjualan lahan ke Genting Island dengan target bernilai Rp 2,5 triliun.
Baca Juga
“Kinerja BKSL kuartal I-2025 berhasil berbalik catatkan keuntungan, dibandingkan dengan posisi rugi bersih bernilai jumbo pada kuartal I-2024 dan kuartal IV-2024. Peningkatan sejalan dengan pertumbuhan pesat pendapatan penjualan property,” tulis analis Sucor Sekuritas Niko Pandowo dalam riset hari ini.

Sumber: Sucor Sekuritas
Hal ini mendorong Sucor Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi beli saham BKSL dengan target harga Rp 250. Target harga tersebut juga mempertimbangkan percepatan homologasio utang bernilai Rp 846 miliar yang diharapkan dapat menekan beban bunga dan akhirnya bisa mempercepat keuntungan eprseroan.
Baca Juga
Pertumbuhan Ekonomi di Bawah Rata-Rata 4,87%, Ini Penyebabnya
Target harga tersbut juga mempertimbangkan posisi lahan pengembangan BKSL berada di kawasan premium, sehingga saham ini masih undervalued dengan potensi penguatan ke depan. Sedangkan kemungkinan katalis tambahan adalah percepatan pembayaran utang dan penjualan lahan bernilai jumbo dengan target Rp 2,5 triliun yang akan direalisasikan tahun ini.
Sentul City (BKSL) membidik penjualan property atau marketing sales Rp 2,8 triliun. Target tersebut berasal dari proyeksi penjuaaln rumah sebanyak 2,341 unit dengan nilai sekitar Rp 2,7 triliun dan komersial unit berkisar Rp 747 miliar.

