Bitcoin Stabil di Tengah Laporan PDB AS yang Memicu Kekhawatiran Resesi
JAKARTA, investortrust.id - Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) merilis laporan PCE dan PDB untuk kuartal I 2025 hari ini. Meskipun inflasi lebih rendah dari yang diharapkan, PDB Amerika Serikat (AS) menyusut sebelum tarif berlaku, memicu kekhawatiran resesi.
Bitcoin (BTC) pun nilainya tetap bertahan, diperdagangkan di atas US$ 94.000. Menilik Coinmarketcap, Kamis (1/5/2025) pukul 08.15 WIB harga BTC terpantau naik tipis 0,11% ke US$ 94.520. Kapitalisasi pasar kripto global adalah US$ 2,95 triliun, penurunan 0,13% selama hari terakhir. Dominasi Bitcoin saat ini adalah 63,49%, peningkatan 0,05% selama sehari.
Meski sinyal ini mengecewakan, Bitcoin tetap bertahan dengan baik, bahkan mencapai rekor tertinggi baru di Argentina, melampaui 110 juta ARS per BTC. Lonjakan ini kemungkinan disebabkan oleh depresiasi signifikan peso Argentina, yang diperdagangkan mendekati 1.165 per dolar AS di pasar resmi. Ini memperkuat anggapan bahwa BTC adalah tempat berlindung yang aman dari kekacauan ekonomi.
Ekonomi global sangat rumit, penuh dengan sinyal yang sepertinya saling bertentangan. Sejak rencana tarif Trump mulai berlaku, ketakutan akan resesi AS telah mencengkeram pasar. Namun, ketika BEA merilis laporan PCE kuartal I 2025 pagi ini itu memberikan kelegaan bagi beberapa sektor.
“Pendapatan pribadi meningkat US$ 116,8 miliar (0,5% pada tingkat bulanan) di bulan Maret, menurut perkiraan yang dirilis hari ini oleh [BEA]. Peningkatan pendapatan pribadi dalam dolar saat ini di bulan Maret terutama mencerminkan peningkatan dalam kompensasi dan pendapatan pemilik usaha,” klaim laporan itu dilansir dari BeInCrypto, Kamis (1/5/2025).
Sekilas, data ini tampak sangat menggembirakan. Laporan PCE (pengeluaran konsumen pribadi) adalah alat pilihan Federal Reserve untuk mengukur inflasi, dan penuh dengan poin-poin yang menenangkan.
Baca Juga
Bisa Pecah Rekor Lagi! Intip Prediksi Harga Bitcoin Versi Triv hingga Akhir 2025
Indeks harga PCE inti (YoY) untuk Maret adalah 2,6%, terendah sejak Juni 2024, dan indeks MoM berada pada titik terendah sejak April 2020. Dengan kata lain, dolar masih dapat dibelanjakan.
Namun, BEA juga merilis laporan PDB hari ini. Meskipun tarif sepertinya belum berdampak pada inflasi, resesi terjadi setelah dua kuartal berturut-turut pertumbuhan PDB negatif. AS secara resmi mengalaminya di kuartal I dan laporan ini hanya menyangkut data sebelum tarif.
Arus Masuk ETF Bitcoin
Sementara itu, melansir siaran pers Ajaib Kripto, Rabu (30/4/2025) berdasarkan data dari SoSoValue, 12 ETF Bitcoin yang diperdagangkan di bursa berhasil menarik lebih dari US$ 3 miliar sepanjang pekan lalu. Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor dan adopsi Bitcoin secara mainstream, seiring dengan kabar bahwa negosiasi tarif Presiden AS Donald Trump mendekati penyelesaian.
ETF Bitcoin, yang melacak harga Bitcoin, sering dianggap sebagai barometer sentimen pasar terhadap kripto. Arus masuk dana yang besar menunjukkan optimisme terhadap masa depan Bitcoin di tengah ketidakpastian geopolitik.
Penguatan Bitcoin juga diiringi pembalikan tren dari penurunan sebelumnya, di mana harga BTC sempat menyentuh US$ 75.000 pada 7 April. Dalam tujuh hari terakhir, Bitcoin melonjak 8% dan sempat mencapai US$ 95.500, level tertinggi sejak Februari lalu.
Baca Juga
Laporan Pekerjaan AS Picu Peluang Penurunan Suku Bunga, Harga Bitcoin Dinilai Masih di Zona Murah
Sebelumnya, pengumuman kebijakan tarif baru Trump di awal bulan memicu kekacauan pasar dan mendorong aksi jual besar-besaran di pasar saham dan kripto. Namun, pasar mulai stabil setelah Trump mengumumkan penangguhan sebagian besar tarif selama 90 hari, kecuali untuk China. Sejak pengumuman jeda tarif tersebut, Bitcoin telah menguat sekitar 14%, memperkuat statusnya sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian.
Sejak Trump dilantik, inflasi AS terus menurun. Berdasarkan data TradingEconomics, inflasi melandai dari puncak 9,1% pada 2022 menjadi 2,4% pada Maret 2025. Trump mengklaim kemenangan dalam mengendalikan inflasi, namun tetap mendorong penerapan tarif, langkah yang menurut para ekonom berpotensi memicu kembali tekanan harga.
Sebagai tanggapan, Trump semakin gencar menyerukan pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, data CME FedWatch menunjukkan probabilitas sebesar 90,1% bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya pada 7 Mei.
Data on-chain semakin menguatkan potensi lonjakan harga Bitcoin. Berdasarkan data CryptoQuant, investor menarik lebih dari US$ 4 miliar Bitcoin dari platform perdagangan sejak seruan terbaru Trump untuk pemangkasan suku bunga. Akibatnya, total simpanan Bitcoin di bursa menurun dari US$ 237,8 miliar pada 22 April menjadi US$ 233,8 miliar saat ini.
Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak investor memilih untuk mengamankan Bitcoin mereka di wallet pribadi, mengurangi tekanan jual di pasar. Dengan pasokan Bitcoin yang terus menyusut di exchange dan permintaan yang tetap tinggi, prospek Bitcoin menuju level psikologis US$ 100.000 masih terbuka.

