Jelang Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kurs Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.300
JAKARTA, investortrust.id - Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup melemah 45 poin (0,27%) pada Rabu (28/5/2025) sore atau jelang libur panjang memperingati kenaikan Yesus Kristus. Jisdor Bank Indonesia (BI) mencatat kurs rupiah merosot 45 poin (0,27%) ke level Rp 16.300 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan pasar spot valas, data Yahoo Finance menunjukkan kurs rupiah bergerak melemah 16 poin (0,10%) ke level Rp 16.285 per dolar AS. Sebelumnya Yahoo Finance mencatat kurs rupiah ditutup pada posisi Rp 16.269 per dolar AS.
Menurut pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, ketidakpastian atas perdagangan AS dan kesehatan fiskal, dengan fokus pada lebih banyak kesepakatan perdagangan AS dan kemajuan RUU pemotongan pajak yang memecah belah yang didukung oleh Trump. Trump selama akhir pekan mengatakan dia akan menunda rencana untuk mengenakan tarif perdagangan 50% pada Uni Eropa (UE) hingga awal Juli.
Baca Juga
"Juli juga merupakan saat tarif timbal balik Trump terhadap sejumlah ekonomi utama akan mulai berlaku, meskipun perubahan haluannya baru-baru ini pada tarif UE memicu harapan bahwa presiden AS tidak akan memenuhi ancaman tarif lainnya," tulis Ibrahim dalam laporannya, Rabu (28/5/2025).
Data kepercayaan konsumen AS yang kuat juga meningkatkan risiko dan meredam kekhawatiran atas ekonomi AS. Fokus sekarang adalah pada isyarat lebih lanjut mengenai ekonomi AS dalam beberapa hari mendatang dari sejumlah pembicara Federal Reserve, serta risalah rapat terakhir Fed, yang akan dirilis pada hari Rabu.
"Kemudian, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin "bermain api", dan Trump sedang mempertimbangkan sanksi baru terhadap Rusia. Hal ini dapat membahayakan aliran energi Rusia dan mengganggu pasokan minyak global," ujarnya.
Selain itu, AS dan Iran mengakhiri putaran kelima perundingan nuklir mereka pada hari Selasa, yang hanya mengalami kemajuan terbatas, dan ketidaksepakatan mengenai pengayaan uranium tetap menjadi pokok perdebatan. Jika mereka tidak dapat mencapai kesepakatan, AS dapat menekan ekspor Iran lebih lanjut, sehingga menekan pasokan.

