BI Putuskan "BI-Rate" Siang Ini, LPEM UI Beri Rekomendasi Begini
JAKARTA, investortrust.id – Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG), Rabu (21/5/2025) siang ini, untuk memutuskan apakah BI Rate tetap, turun, atau naik. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) merekomendasikan sejumlah hal kepada Bank Sentral.
Ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengungkapkan, inflasi umum telah kembali ke kisaran target BI. Rupiah juga telah menunjukkan tanda-tanda stabil dalam sebulan terakhir. “Hal itu memberikan ruang bagi potensi penurunan BI-Rate,” ujar Riefky dalam keterangan resmi yang diterima investortrust.id, Rabu (21/5/2025).
Baca Juga
Riefky menjelaskan, inflasi umum meningkat ke level 1,95% secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2025 dari 1,03% (yoy) pada bulan sebelumnya, kembali ke rentang target BI sebesar 1,5-3,5%. Di sisi lain, rupiah sejak pertengahan April hingga pertengahan Mei 2025 terapresiasi 1,70% ke level Rp 16.510 per dolar AS.
Namun, menurut Riefky, stabilitas saat ini masih diliputi ketidakpastian di tengah risiko kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump yang terus berkembang dan membayangi prospek perdagangan global. Kendati perkembangan terbaru menunjukkan adanya moderasi dalam ketegangan AS-China, ruang lingkup dan waktu penerapan tarif masih sulit diprediksi.
“Pada saat yang sama, The Fed memilih untuk mempertahankan Fed funds rate (FFR) tidak berubah di level 4,25-4,50% pada pertemuan Mei 2025,” tutur dia.
Baca Juga
Ekonom Bank Mandiri Proyeksi BI Pangkas BI Rate pada RDG Mei 2025
Dalam konteks ini, kata Teuku Riefky, BI perlu mempertahankan BI-Rate di level 5,75%. “Meskipun tren inflasi dan pergerakan rupiah menunjukkan adanya ruang perubahan kebijakan, pelonggaran yang terlalu dini dapat berisiko mengubah pencapaian stabilitasnya,” tegas dia.
Riefky mengemukakan, penyesuaian suku bunga kebijakan harus dilakukan secara hati-hati dan selaras dengan sinyal-sinyal yang lebih jelas dari kondisi moneter global, terutama The Fed.
“Untuk sementara, BI harus tetap waspada dan terus menggunakan perangkat stabilisasi yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi,” tandas dia.

