China Pangkas Suku Bunga, Suntik Likuiditas Lebih dari Rp 2.200 Triliun ke Pasar
BEIJING | investortrust.id – Bank Sentral Tiongkok mengumumkan langkah pelonggaran moneter besar pada Rabu (6/5), memangkas suku bunga reverse repo dan menurunkan rasio cadangan wajib bank demi menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan dari konflik dagang dengan Amerika Serikat.
Baca Juga
PBOC Pertahankan Bunga Acuan di Tengah Ancaman Tarif dan Perlambatan Ekonomi
Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (PBOC), Pan Gongsheng, menyampaikan bahwa suku bunga reverse repo tujuh hari akan diturunkan sebesar 10 basis poin menjadi 1,4%, langkah yang diproyeksikan akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rate) dengan besaran serupa. Selain itu, PBOC juga akan menurunkan rasio cadangan wajib (RRR) sebesar 50 basis poin, yang diperkirakan akan menambah injeksi likuiditas sebesar 1.000 miliar yuan atau setara Rp2.289 triliun ke sistem keuangan, dengan kurs 1 yuan setara Rp 2.289.
“Langkah ini mencerminkan komitmen kami untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik dan mengantisipasi tekanan eksternal,” ujar Pan dalam konferensi pers bersama pejabat regulator pasar modal dan keuangan, seperti dikutip CNBC.
Langkah pelonggaran ini diumumkan hanya beberapa jam setelah Beijing mengonfirmasi bahwa Wakil Perdana Menteri He Lifeng akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Scott Bessent di Swiss pekan ini. Ini menjadi sinyal awal bahwa kedua belah pihak akan membuka kembali kanal dialog terkait tarif dan perdagangan, setelah sempat memburuk akibat kenaikan tarif sepihak oleh Presiden Donald Trump menjadi 145% atas barang-barang asal Tiongkok.
Baca Juga
Sebagai balasan, Beijing menerapkan tarif 125% atas produk AS, yang turut memukul arus perdagangan global. Jika pembicaraan di Swiss berbuah kesepakatan, analis menilai hal ini bisa menjadi titik balik yang signifikan dalam menurunkan ketegangan pasar dan memperbaiki prospek ekonomi regional maupun global.
