Yield USTreasury 10-Tahun Menguat, Investor Pantau Isyarat Kebijakan The Fed
NEW YORK, investortrust.id - Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bergerak naik pada Senin (5/5/2025) seiring fokus pasar beralih ke pertemuan penting Federal Reserve yang akan menentukan arah kebijakan suku bunga.
Baca Juga
Yield obligasi Treasury bertenor 10 tahun tercatat naik tiga basis poin ke level 4,351% pada penutupan perdagangan Senin (6/5), mencerminkan ekspektasi investor terhadap kemungkinan berlanjutnya kebijakan moneter ketat. Sementara itu, imbal hasil obligasi 2 tahun relatif stabil di kisaran 3,843%.
Pergerakan di pasar obligasi dipicu oleh rilis data ekonomi terbaru dari Institute for Supply Management (ISM), yang menunjukkan bahwa aktivitas sektor jasa AS pada April melampaui ekspektasi. Indeks jasa ISM naik ke level 51,6, atau lebih tinggi dari konsensus Dow Jones sebesar 50,4, sekaligus menandai ekspansi sektor tersebut meski dibayangi kekhawatiran pelaku usaha terhadap tarif dan ketidakpastian makroekonomi.
Di tengah data ekonomi yang solid, pelaku pasar kini menantikan hasil rapat FOMC (Federal Open Market Committee) yang dijadwalkan berakhir pada Rabu (8/5) waktu setempat. Berdasarkan alat FedWatch milik CME Group, probabilitas suku bunga acuan tetap dipertahankan di kisaran 5,25%–5,50% mencapai lebih dari 98%.
Namun demikian, perhatian utama pasar tertuju pada pernyataan kebijakan dan konferensi pers Pemimpin The Fed Jerome Powell, yang diperkirakan akan memberikan sinyal arah suku bunga dalam beberapa bulan mendatang di tengah tekanan politik yang kian meningkat.
Baca Juga
Presiden AS Donald Trump kembali menyoroti kebijakan moneter bank sentral, dengan secara terbuka mendesak The Fed untuk memangkas suku bunga. Bahkan, sempat beredar kabar bahwa Gedung Putih pernah mempertimbangkan kemungkinan mengganti Powell, meski langkah tersebut akhirnya urung dilakukan setelah menimbulkan kegelisahan pasar.
Ketegangan antara cabang eksekutif dan independensi The Fed kembali menjadi perhatian investor, terutama ketika kebijakan fiskal dan moneter bergerak dalam arah yang berbeda menjelang pemilihan presiden AS 2025.

