Capai Pembangunan Inklusif dan Berkelanjutan, Pemerintah Komit Dorong Ekonomi Syariah
JAKARTA, investortrust.id - Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong ekonomi dan keuangan syariah sebagai instrumen utama untuk merealisasikan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurut Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Penerimaan Negara Bukan Pajak Mochamad Agus Rofiudin, berbagai inisiatif syariah yang telah dijalankan pemerintah menjadi bukti bahwa nilai-nilai islam dan prinsip keberlanjutan bisa berjalan bersamaan.
Salah satu inisiatif adalah penerbitan Green Sukuk atau sukuk hijau pada 2018. Momentum ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di dunia yang menerbitkan instrumen ini.
“Green Sukuk dan Cash Waqaf Linked Sukuk menjadi inovasi penting yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam membiayai pembangunan nasional melalui instrumen yang ramah lingkungan dan berbasis syariah,” ujarnya, dalam acara Islamic Finance Dialogue, di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Baca Juga
Sokong Penerbitan Sukuk, BPKH Ikut Jadi Penggerak Keuangan Syariah
Sepanjang 2024, lanjut Agus total penerbitan Green Sukuk Indonesia mencapai US$ 9,59 miliar, yang mencakup berbagai bentuk seperti Global Green Sukuk, Green Sukuk Retail, dan Project Based Green Sukuk, yang selalu disusun selaras dengan Green Bond Principle dan SDG’s Framework.
Selain itu, empat komponen utama yang mendorong penerbitan Green Sukuk adalah kerangka kerja hijau (green framework), identifikasi proyek hijau, penggunaan dana secara eksklusif untuk proyek-proyek tersebut, serta laporan tahunan atau green impact report sebagai bentuk transparansi.
“Dampak nyata dari Green Sukuk tidak hanya terlihat pada sisi fiskal, tapi juga pada pembangunan dan lingkungan,” kata Agus.
Baca Juga
Dapat Respon Positif, Volume Pemesanan Sukuk Tabungan ST014 di Bank Muamalat Naik 307,5%
Sejumlah proyek yang didanai oleh Green Sukuk mencerminkan kontribusi nyata. Contohnya, dalam hal efisiensi energi, penerbitan Green Sukuk sukses menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 2.317 ton co2 pada 2021 dan 1.884 ton co2 pada 2022.
Selain itu, pengembangan infrastruktur perkeretaapian yang didanai sukuk hijau menyumbang pengurangan emisi hingga 2,77 juta ton co2. Lalu, konversi dari kendaraan bahan bakar fosil ke listrik juga berkontribusi menurunkan emisi sebesar 129,53 ton co2.
Agus menekankan, Green Sukuk menjadi alat strategis untuk menciptakan manfaat sosial dan ekologis, mulai dari pengurangan polusi, penghematan energi, hingga pengembangan transportasi publik yang efisien dan rendah emisi.

